Keduanya selalu berkorban untuk kepentingan orang lain, jiwa dan raganya dengan rela dipersembahkan untuk kemaslahatan umat, bukan rahasia lagi. Tetapi di balik kedua istilah itu pahlawan dan mujahid punya sisi perbedaan yang mencolok
Bukan rahasia lagi kalau kita lebih memihak pahlawan daripada seorang mujahid. Selama ini kita didoktrin dengan doktrin nasionalis sekuler kalau para pahlawan yang membela tanah air itulah yang harus kita hormati, sebab mereka berjuang untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Sedangkan mujahid atau orang yang berperang di jalan Allah untuk membela keyakinannya ataupun untuk tegaknya hukum Islam di muka bumi, sama sekali tak pernah diberikan apresiasi yang sama.
Acapkali kita justru mendengar kalau mujahid itu identik dengan teror, pedang ataupun stigma negatif lainnya, media turut menumbuh suburkan pemahaman seperti ini, kita tak lagi bisa membedakan mana yang benar-benar berjuang di jalan Allah, serta manakah yang berjuang untuk membela semangat fanatisme primordialnya seperti suku, agama dan bangsanya.
Tengoklah bagaimana kasus-kasus seperti Abubakar Ba’asyir terjadi distorsi besar-besaran oleh media. Beliau yang membela tegaknya syariat Islam di muka bumi justru dituduh sebagai teroris dan akhirnya dipenjara, hal itu juga dialami oleh Saddam Husein, Buya Hamka, Sayyid Quthb dan orang-orang lurus lainnya, mereka dibenci karena berusaha untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi, sementara orang-orang di sekeliling mereka adalah kaum nasionalis sekuler yang lebih memilih hukum manusia yang penuh kelemahan daripada hukum Allah.
Kita sebagai muslim pun seringkali tidak paham dan juga berlaku sama kepada orang-orang lurus tersebut, karena kita tinggal di negara yang berhaluan nasionalis, maka tiap hari kita dicekoki dengan pemahaman bahwa pahlawan yang membela tanah air itulah yang harus kita sanjung sedangkan para mujahid yang lurus itu kita hujat beramai-ramai.
Sebetulnya ada perbedaan yang sangat tajam antara pahlawan dan mujahid. Jika pahlawan itu berjuang untuk membela tanah air dan bangsanya, sedangkan mujahid itu berjuang agar bagaimana hukum Allah atau syariat Islam itu tegak di muka bumi. Tidak hanya itu saja perjuangan pahlawan akan sia-sia jika apa yang diperjuangkan hanyalah untuk tanah air dan bangsanya bukannya untuk agama Allah dan keyakinannya, apalagi jika yang dibela adalah ideologi manusia seperti nasionalisme yang mempunyai landasan sekularisme—salah satu proyeknya adalah untuk menjauhkan hukum Allah agar tidak lagi dipeluk manusia
Allah berfirman di dalam Al Quran untuk menjelaskan perbadaan antara pahlawan dan mujahid, pahlawan perjuangannya dimata manusia meskipun mendapat bintang jasa, tetapi di hadapan Allah tidak mendapatkan pahala apapun karena Ia memperjuangkan sesuatu tidak untuk menegakkan hukum Allah. Sedangkan mujahid meskipun tidak mendapat apresiasi yang sama atau terhina di mata manusia, tetapi di hadapan Allah mereka akan mendapatkan pahala di sisi Allah, kerena mereka berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi. Allah berfirman “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah SWT sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan taghut. Sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu sangat lemah” (An Nisa :75) Jadi tak ada gunanya kita memuja pahlawan setinggi langit karena yang mereka bela adalah sekat-sekat primordial kita, yang didalam Islam sebenarnya tak pernah dibedakan, tetapi oleh para pemikir modern justru dihembus-hembuskan dan dimaknai ulang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar