29 Januari 2008

IPTEK

Prasasti Ebla, Bukti Utusan Allah Telah Tiba

Keberadaan sejarah, seringkali mampu memberi gambaran pada masyarakat saat ini dalam melihat lebih dalam apa yang telah berlalu sebelumnya. Dalam hal ini, sejarah diharapkan mampu menjadi bukti kebenaran tentang agama yang ada pada masa itu berserta utusan yang membawanya.

Penemuan prasasti Ebla oleh seorang arkeolog pada tahun 1975 telah menyita perhatian banyak kalangan. Hal ini didorong pada informasi yang terkandung dalam memperjelas letak geografis kaum-kaum yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Ebla merupakan kerajaan yang ada sekitar tahun 2500 SM. Wilayahnya meliputi ibukota Syria, Damaskus dan Turki bagian tenggara. Setelah meraih puncak kejayaan dibidang kebudayaan dan ekonomi, kerajaan ini pun hilang dari sejarah. Melihat bukti-bukti yang ditemukan, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Ebla memiliki peradaban yang tinggi, dengan membangun lembaga-lembaga arsip negara, mendirikan perpustakaan-perpustakaan serta mencatat aneka perjanjian perdagangan secara tertulis. Bahkan mereka juga mempunyai bahasa sendiri yang disebut Eblaite.
Dalam penemuan itu, terdapat sekitar 20.000 prasasti dan penggalan tulisan paku yang berhasil diselamatkan. Angka ini lebih banyak dari penemuan-penemuan para arkeolog selama 3000 tahun terakhir. setelah melalui berbagai upaya, akhirnya tulisan-tulisan paku tersebut mampu diterjemahkan oleh spesialis penerjemah naskah kuno dari Universitas Roma yang berkebangsaan Italia, Giovanni Pettinato. Hasil dari terjemahan tersebut menyebutkan nama-nama Nabi yang terdapat dalam kitab suci : Nabi Ibrahim (Ab-ra-mu), Nabi Dawud (Da-u-dum) dan Nabi Ismail(Ish-ma-il).
Berangkat dari hal itu, penemuan prasasti Ebla tidak hanya menarik minat para arkeolog namun juga dari kalangan agamawan. Hal ini disebabkan karena nama-nama Nabi tersebut muncul pada zaman 1500 tahun sebelum Taurat., sebagai bukti bahwa Nabi Ibrahim dan agama yang dibawanya telah ada sebelum munculnya Taurat. Tak hanya itu, dalam prasasti tersebut juga disebutkan hal-hal lain dan nama-nama tempat yang dengannya dapat diperoleh informasi tentang kehidupan sosial penduduk Ebla sebagai pedagang yang berhasil. Nama-nama kota tersebut diantaranya Sinai, Gaza, dan Yerussalim. Ini menunjukkan bagaimana hubungan baik telah terbentuk antara penduduk Ebla dengan masyarakat disekitarnya dalam bidang perdagangan dan kebudayaan, sebelum akhirnya hilang dari peradaban.
Yang menarik untuk dicermati adalah, keberadaan nama-nama ini sebenarnya baru muncul dalam kitab suci yang disampaikan oleh para nabi dan belum pernah terdapat dalam naskah-naskah sebelumnya. Disebutkan pula dalam prasasti tersebut, nama-nama wilayah yang terdapat dalam kitab Suci Al-Qur’an seperti Sodom dan Gomorrah, yakni tempat nabi Luth mendakwahkan agama Tauhid yang terletak di pesisir Laut Mati. Ini menjadi bukti bahwa perjuangan para nabi dalam mendakwahkan risalah agama yang benar itu telah mencapai wilayah tersebut.
Dalam tulisannya, majalah Reader’s Digest mengemukakan, terdapat pergantian agama dari penduduk Ebla semasa pemerintahan Raja Ebrum, kemudian masyarakat mulai menambahkan imbuhan di depan nama-nama mereka dalam rangka meninggikan nama Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah telah mengirim utusan-utusan kepada penduduk Ebla agar menyeru kepada agama yang benar, yakni Islam sebagaimana utusan pada kaum yang lain. Manusia-manusia pilihan tersebut, berupaya secara aktif melakukan ekspansi hingga ke daerah-daerah yang sulit dijangkau dalam menegakkan cahaya islam di bumi Allah ini. Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada, amin.[el_Sake]

Tidak ada komentar: