29 Januari 2008

Ulasan

Tak Hanya Pilihan Tanpa Halangan

Sore baru saja hadir, semilir anginnya terasa lembut membelai wajah perempuan itu. “Oh… inilah kuasa Allah yang teramat besar bagi manusia” bisik hatinya. Dan memang sangat besar kuasa Tuhan atas manusia serta seluruh isi alam raya yang ada ini.
Aisya namanya, gadis cantik yang baru saja meraih gelar sarjana komputer dari salah satu Universitas Swasta di Kota Atlas. Pintar, santun, dan riang, itulah kesan yang telah melekat sebagai penghargaan dari teman-teman atas sikapnya selama ini. Namun entahlah, sore ini tak terlihat keriangan diwajahnya. Air matanya serus mengalir, menghanyutkannya pada masalah yang akhir-akhir ini datang. Begitulah….
Aisyah, masa studi telah selesai dan beranjak pada jenjang yang lain sebagai bagian dari kehidupannya. Dan itulah masalahnya. Dua hari yang lalu, ia datang kesebuah perusahaan untuk prases wawancara, setelah sebelumnya ia berhasil lolos dalam tahap administrasi serta tes tertulis. Tidak begitu sulit, dan ia yakin dapat lolos pada tahap terakhir ini. Tak ada kesulitan memang, lancar dan teramatat menyenangkan. Bicara tentang wawasan pemahan internal perusahaan, kemudian teknis kerja yang akan dijalankan, hingga masalah penentuan gaji, semua teratasi tanpa kendala yang berarti. Namun ada satu yang sungguh terasa memukul batinnya. Perusahaan menanyakan kesediaan untuk melepas jilbab yang selama ini melekat pada dirinya, syarat mutlak yang harus dipenuhi jika ingin bekerja disitu, dengan posisi yang bagus serta gaji yang cukup.
Seekor burung melintas di angkasa, ada kebebasan dari kepakan sayap yang melambungkan tubuhnya. Aisya terpana, melihat kebebasan burung dan ketaatannya pada Allah sang pencipta. “Betapa tenang burung itu” bisik hatinya. Kembali Ia tenggelam dalam dalam konflik batin dan akal. Bagaimanapun Aisya membutuhkan pekerjaan itu, sangat! Karena kini dialah harapan keluarga, yang dituntut mampu menopang biaya pendidikan adik-adiknya. Siapa lagi? Ayahnya telah meninggal dunia, sedang sang ibu kini telah rapuh dimakan usia.
Ia masih tetap termenung diteras rumah. Duduk di atas kursi bambu dibawah pohon mangga yang belum berbuah. Hatinya terasa nyilu, himpitan masalah yang kini dihadapinya. Besok kepastian itu harus diambil, melepaskan jilbab demi pekerjaan yang benar-benar ia butuhkan. Jilbabnya bergerak ditiup angin, seperti gelombang laut yang menenangkan bila dipandang. Oh, Aisya….
Haruskah ia melepas jilbabnya? Bagaimana ia akan mempertanggung jawabkan semua itu pada Allah nantinya? Tapi ia juga membutuhkan pekerjaan itu, sangat membutuhkan! Belum tentu ada kesempatan kedua esok hari, bekerja di perusahaan besar, sebagai sekretaris dengan gaji awal 1,5 juta perbulan. Betapa menggiurkan, apalagi melihat kodisinya saat ini. Ibunya mulai sakit-sakitan, sedang dua adiknya membutuhkan biaya untuk kelanjutan studi mereka. Jadi kenapa tidak diambil? Pertimbangan-pertimbangan itu terus berkecamuk. Air matanya kembali menetes, ia menangis sejadi-jadinya, memohon kepada Tuhan, jalan keluar atas apa yang sedang ia hadapi kini.
Senja memang mulai menua, dari arah masjid terdengar lantunan surat al-Baqarah yang menghangatkan jiwa-jiwa yang mendengar. Sungguh sangat indah kalimat yang terukir, pilihan kata-kata terbaik yang mampu meneguhkan hati yang lemah, sekaligus menenangkan jiwa yang gelisah. “Ulaa-ikalladziinashtarawu….. “ayat 86 memasuki telinga Aisya, dia terperanjat, seakan teringat hal penting yang lama tak diingatnya.
“Aatagfirullahal ‘Adzim ya Rab..” Dadanya bergetar, ada kekuatan yang muncul tiba-tiba. Ia malu…. Ayat itu menegur kebimbangannya. “Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan adzabnya, dan mereka tidak akan ditolong”
Oh, hampir-hampir ia gadaikan aqidahnya demi dunia yang fana ini. Ia tersadar bahwa Allahlah yang mengatur rizqi manusia, jadi kenapa ia harus berpaling dari perintahnya untuk mendapatkan rizqi itu., bukankah malah terbalik? Harusnya ia mengejar cinta Allah agar Dia memudahkan rizkinya, jadi kenapa meski bingung?. Pikian-pikiran itu memenuhi otaknya, ada yang terasa segar kini. Aisya telah menemukan jalannya, aqidah ini harus dipegang. Jilbab ini tak akan ditangglakan, buakankah kehidupan dunia ini Allah yang mengaturnya? Jadi kenapa kita justru menyakiti-Nya untuk mendapatkan kehidupan ini? Ia tertawa sendiri, menyadari betapa kebimbangannya selama ini tak beralasan. “Alhamdulilillah…” bisiknya Senja hampir hilang, menyisakan keyakinan yang bulat bagi Aisyah. Ia tersenyum. Angin sore mengalun, sungguh kuasa Allah meliputi jagat raya dan isinya.

Mitos

Simbolisasi Keyakinan Yang Tidak Berdasar

Ada harapan besar dari setiap hal yang dilakukan oleh orang tua demi menyambut kelahiran buah hatinya. Namun seringkali hal itu justru mengarah pada kesesatan-kesesatan yang jelas-jelas dibenci oleh Allah Ta’ala. Diperlukan ketelitian dalam memilah dan memilih mana yang tepat untuk dilakukan dengan bersandar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Anak adalah anugrah yang diberikan Allah, sebagai satu amanah yang harus dijalankan dengan baik. Kehadiran anak bagi orang tua, terlebih anak pertama mampu membawa kenambah keharmonisan hubungan dalam keluarga. Untuk itu, orang tua seringkali melakukan berbagai upaya agar anak yang dilahirkan memperoleh kemudahan baik dari proses kelahiran hingga pada kulitas fisik ataupun mental sang anak. Tidak jarang, upaya yang dilakukan oleh terkesan “asal manut” pada orang-orang yang dianggap lebih tua atau lebih pandai, tanpa memahami lebih dalam makna dan tujuan upaya tersebut.
Kehadiran anak yang masih dalam kandungan (bayi) menjadi perhatian khusus bagi calon orang tua. Dari segi kesehatan, calon ibu senantiasa dengan sabar memeriksakan kandungannya ke dokter secara periodik agar kesehatan bayi terjaga. Tidak cukup disitu, berbagai rangkaian upara pada bulan-bulan tertentu pun disiapkan demi keyakinan membawa pengaruh positif bagi sang bayi yang masih dalam kandungan itu.
Di jawa, proses kehamilan mendapat perhatian tersendiri bagi masyarakat setempat. Harapan-harapan muncul terhadap bayi dalam kandungan, agar mampu menjadi generasi yang handal dikemudian hari. Untuk itu, dilaksanakan beberapa tradisi yang dirasa mampu mewujudkan keinginan mereka terhadap anak tersebut. Diantara tradisi tersebut adalah upacara mitoni. Mitoni sendiri berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Ini dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan. Ada keyakinan bahwa upacara ini berpengaruh terhadap keselamatan bagi sang ibu dan anak yang ada dalam kandungan. Secara umum, tradisi mitoni ini terdiri atas beberapa tahapan, diantaranya upacara siraman. Tahap ini dimaksudkan sebagai simbol pembersihan atas segala kejahatan dari bapak dan ibu bayi. Setelah siraman, ritual kemudian dilanjutkan dengan memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami. Masyarakat setempat meyakini bahwa hal itu merupakan perwujudan harapan agar proses kelahiran sang bayi dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan apapun. Acara kemudian dilanjutkan dengan memasukkan kelapa gading muda dari perut atas sang ibu hingga kebawah dengan maksud untuk menghindari rintangan saat kelahiran sang bayi nantinya. Selain itu, dalam proses ritual mitoni ini terdapat pula proses ganti baju. Sang ibu akan berganti pakaian dalam tujuh motif, kemudian para tamu diminta untuk memilih salah satu dari tujuh kain tersebut yang cocok untuk sang ibu. Lalu, prosesi berlanjut ke pemutusan lawe/ lilitan benang atau janur oleh sang ayah. Tujuannya juga sama, agar proses kelahiran nanti berjalan lancar. Dalam upacara mitoni inipun terdapat acara pemecahan gayung atau periuk, dengan maksud ketika nanti sang ibu mengandung kembali tidak menemukan kendala yang berarti. Setelah itu, sang ibu diminta untuk meminum jamu sebagai sorongan/ dorongan dengan maksud agar bayi mampu keluar dengan cepat dan lancar seperti didorong dari dalam. Setelah semua prosesi tersebut berjalan, acara mitoni kemudian ditutup dengan proses mencuri telor. Seorang bapak berharap proses kelahiran sang anak mampu berjalan cepat sebagaimana kecepatan pencuri ketika beraksi.
Mitoni tidak bisa dilakukan pada hari-hari biasa. Dibutuhkan tanggal dan hari yang bagus menurut perhitungan jawa agar tak ada halangan yang menimpa nantinya. Tidak hanya itu, prosesi ini juga membutuhkan tempat khusus dalam melaksanakannya. Umumya, acara mitoni dilakukan pada siang atau sore hari di pasren atau tempat bagi para petani memuja dewi Sri. Namun karena saat ini sulit menemukan tempat tersebut, maka pelaksanaan mitoni dapat dilakukan di ruang tengah atau ruang keluarga yang cukup untuk menampung kehadiran tamu.

Harapan berbuah dosa
Malihat prosesi dan keyakinan diatas, para ulama memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Bila mitoni itu diyakini dan atau dikaitkan dengan agama, sehingga menyebabkan ketakutan jika tidak melaksanakannya, maka hal ini jelas menyimpang dari syariat islam. Karena Allah tidak mensyariatkan hal tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdatsatul umur atau menambahi agama dan tergolong bid’ah yang sesat.
Akan tetapi, jika acara ini tidak diyakini sebagai bagian dari ibadah maka para ulama mempunyai pendapat yang berbeda. Sebagian ulama melarang jenis ritual seperti ini, karena tidak ada syariat yang mendasarinya. Tujuannya tak lain untuk membendung rusaknya agama dari munculnya bid’ah yang jelas-jelas dilarang agama. Karena bagaimanapun, Islam telah disempurnakan bagi umat manusia sebagai jalan yang lurus menuju ridho Allah Ta’ala. Dari situ dapat diambil kesimpulan, bahwa harapan yang terkandung dalam prosesi mitoni mampu dicapai dengan ibadah yang telah ditetapkan dalam syariat. Jika dilihat lebih dalam, pelaksanaan mitoni ini syarat dengan keyakinan-keyakinan yang mengarah pada terbentuknya penyandaran diri selain kepada Allah. Ini dapat dilihat dari penentuan hari dalam pelaksanaannya, proses siraman untuk menghilangkan kejahatan hingga simbol mencuri telor demi cepatnya proses kelahiran. Keyakinan-keyakinan ini jelas tidak berdasar, sehingga mampu menyeret pelakunya pada lembah syirik yang jelas-jelas dibenci oleh Allah.
Meski begitu, terdapat pula beberapa ulama yang memandang bahwa tidak semua bentuk aktivitas budaya masyarakat itu harus ditinggalkan, selama tidak mengandung unsur syirik, dosa, mudharat dan bertentangan dengan agama. Sehingga, jika pelaksanaan mitoni ini mampu menghindari unsur-unsur diatas, maka hal itu tidak dilarang.

Islam Hadir Dengan Kesempurnaan Bagi UmatSemua kembali kepada dasar yang ada untuk menentukan hukum tentang masalah mitoni ini. Alasan yang melandasi sebagian ulama dalam melarang ritual ini sangat jelas, terlebih jika terjadi benturan-benturan terhadap aturan syariat dalam prosesinya. Namun begitu, juga terdapat ulama yang memperbolehkan pelaksanaan ritual mitoni, dengan catatan menghindari unsur-unsur yang dilarang agama. Hanya saja, jika meninjau pelaksanaan mitoni yang telah berlaku, maka sangat jelas unsur-unsur yang mengarah pada kesyirikan di dalamnya.

IPTEK

Prasasti Ebla, Bukti Utusan Allah Telah Tiba

Keberadaan sejarah, seringkali mampu memberi gambaran pada masyarakat saat ini dalam melihat lebih dalam apa yang telah berlalu sebelumnya. Dalam hal ini, sejarah diharapkan mampu menjadi bukti kebenaran tentang agama yang ada pada masa itu berserta utusan yang membawanya.

Penemuan prasasti Ebla oleh seorang arkeolog pada tahun 1975 telah menyita perhatian banyak kalangan. Hal ini didorong pada informasi yang terkandung dalam memperjelas letak geografis kaum-kaum yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Ebla merupakan kerajaan yang ada sekitar tahun 2500 SM. Wilayahnya meliputi ibukota Syria, Damaskus dan Turki bagian tenggara. Setelah meraih puncak kejayaan dibidang kebudayaan dan ekonomi, kerajaan ini pun hilang dari sejarah. Melihat bukti-bukti yang ditemukan, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Ebla memiliki peradaban yang tinggi, dengan membangun lembaga-lembaga arsip negara, mendirikan perpustakaan-perpustakaan serta mencatat aneka perjanjian perdagangan secara tertulis. Bahkan mereka juga mempunyai bahasa sendiri yang disebut Eblaite.
Dalam penemuan itu, terdapat sekitar 20.000 prasasti dan penggalan tulisan paku yang berhasil diselamatkan. Angka ini lebih banyak dari penemuan-penemuan para arkeolog selama 3000 tahun terakhir. setelah melalui berbagai upaya, akhirnya tulisan-tulisan paku tersebut mampu diterjemahkan oleh spesialis penerjemah naskah kuno dari Universitas Roma yang berkebangsaan Italia, Giovanni Pettinato. Hasil dari terjemahan tersebut menyebutkan nama-nama Nabi yang terdapat dalam kitab suci : Nabi Ibrahim (Ab-ra-mu), Nabi Dawud (Da-u-dum) dan Nabi Ismail(Ish-ma-il).
Berangkat dari hal itu, penemuan prasasti Ebla tidak hanya menarik minat para arkeolog namun juga dari kalangan agamawan. Hal ini disebabkan karena nama-nama Nabi tersebut muncul pada zaman 1500 tahun sebelum Taurat., sebagai bukti bahwa Nabi Ibrahim dan agama yang dibawanya telah ada sebelum munculnya Taurat. Tak hanya itu, dalam prasasti tersebut juga disebutkan hal-hal lain dan nama-nama tempat yang dengannya dapat diperoleh informasi tentang kehidupan sosial penduduk Ebla sebagai pedagang yang berhasil. Nama-nama kota tersebut diantaranya Sinai, Gaza, dan Yerussalim. Ini menunjukkan bagaimana hubungan baik telah terbentuk antara penduduk Ebla dengan masyarakat disekitarnya dalam bidang perdagangan dan kebudayaan, sebelum akhirnya hilang dari peradaban.
Yang menarik untuk dicermati adalah, keberadaan nama-nama ini sebenarnya baru muncul dalam kitab suci yang disampaikan oleh para nabi dan belum pernah terdapat dalam naskah-naskah sebelumnya. Disebutkan pula dalam prasasti tersebut, nama-nama wilayah yang terdapat dalam kitab Suci Al-Qur’an seperti Sodom dan Gomorrah, yakni tempat nabi Luth mendakwahkan agama Tauhid yang terletak di pesisir Laut Mati. Ini menjadi bukti bahwa perjuangan para nabi dalam mendakwahkan risalah agama yang benar itu telah mencapai wilayah tersebut.
Dalam tulisannya, majalah Reader’s Digest mengemukakan, terdapat pergantian agama dari penduduk Ebla semasa pemerintahan Raja Ebrum, kemudian masyarakat mulai menambahkan imbuhan di depan nama-nama mereka dalam rangka meninggikan nama Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah telah mengirim utusan-utusan kepada penduduk Ebla agar menyeru kepada agama yang benar, yakni Islam sebagaimana utusan pada kaum yang lain. Manusia-manusia pilihan tersebut, berupaya secara aktif melakukan ekspansi hingga ke daerah-daerah yang sulit dijangkau dalam menegakkan cahaya islam di bumi Allah ini. Semoga kita mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang ada, amin.[el_Sake]

Fiqh

Celana
Alternatif “Abu-abu” Bagi Wanita

Celana panjang menjadi alternatif bagi kaum wanita dalam mengatasi problematika busana. Aktivitas yang menuntut pola kerja cepat, mendorong mereka memilih celana sebagai busana yang praktis namun tetap elegan.

Dewasa ini banyak kita jumpai trend mode busana yang jauh dari tuntunan syariat. Mulai dari baju dengan ukuran ketat, hingga model terbuka sehingga memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang harusnya ditutupi. Cara pandang yang telah jauh berbeda, menyebabkan pola berbeda dalam memilih jenis pakaian. Terlebih jika melihat kesibukan serta kondisi sosial yang ada. Seringkali hal itu mengarah pada pilihan baju praktis dan sporti. Hanya saja, pilihan tersebut diambil tanpa mempertimbangkan segi syariat yang berlaku. Paling jauh, seseorang hanya menjadikan sisi etika sebagai pedoman dalam memilihnya. Dari sini, lahirlah model-model baju terbuka yang jelas-jelas melanggar ketentuan Allah.
Lebih khusus, demi memenuhi kebutuhan busana praktis dan sporti dalam mensikapi aktivitasnya, seorang wanita seringkali menjadikan celana panjang sebagai pilihannya dengan harapan mampu mengatasi problematika yang dialami saat ini. Hanya saja, apakah pilihan ini sesuai dengan syariat yang digariskan Allah?
Pertanyaan itu harusnya menjadi tolah ukur dalam menentukan pilihan, dalam hal ini mengenai busana wanita. Garis syariat yang telah jelas, diharapkan mampu menjadi nafas bagi para designer dalam melahirkan karya-karyanya untuk diterapkan pada masyarakat umum. Apakah telah demikian yang terjadi? Pada kenyataannya, sangat sedikit kita jumpai designer dengan mode-mode busana seperti itu. Mayoritas pencetus mode itu menghasilkan busana serba terbuka dan justru menonjolkan lekuk tubuh pemakainya. Bahkan lebih memprihatinkan, para designer busana muslim yang jumlahnya sangat sedikit itu, banyak menjadikan sisi keindahan sebagai pertimbangan karyanya ketimbang sisi syariat. Sehingga lengkaplah sudah, kesulitan-kesulitan dalam menentukan pilihan busana yang akan dipakai.

Pembuktian yang terlalu jauh
Bagi wanita sendiri, celana menjadi pilihan yang diambil karena banyak dorongan. Diantaranya seperti telah disebutkan diatas, adalah kebutuhan akan busana praktis dan sporti dalam mensikapi aktivitasnya yang semakin padat. Kalau mau melihat lebih dalam, ini semua berangkat dari seruan emansipasi yang salah-kaprah dalam memahami perbedaan hak laki-laki dan wanita. Pengupayaan penempatan wanita dalam bidang laki-laki, membuahkan kesulitan-kesulitan bagi wanita itu sendiri. kebutuhan untuk membuktikan kemampuan wanita, tak jarang hingga melewati batas ketentuan syariat yang digariskan. Sehingga lahirlah “langkah berani” yang dianggap sebagai alternatif mensikapi masalah tersebut. Dalam hal ini, penggunaan celana bagi seorang wanita, dianggap mampu mengurangi kesulitan-kesulitan yang muncul.

Tashabuh Busana
Sebenarnya, permasalahan mendasar tentang pemakaian celana bagi seorang wanita terletak pada masalah tasyabuh atau menyerupai laki-laki. sebagian ulama menilai, bahwa celana panjang dalam bentuk dan model apapun merupakan milik laki-laki, jadi sudah pasti merupakan bentuk tasyabuh yang dilarang.
Dari ibnu Abbas ra, Rasulullah Muhammad saw bersabda, yang arinya :
“Allah Subhanahu wata’ala melaknat seorang laki-laki yang berdandan menyerupai wanita dan wanita yang berdandan menyerupai laki-laki.”
Lebih spesifik, Rasulullah melarang tasyabuh dalam halk pakaian dalam sebuah hadits yang artinya :
“Allah melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki dan laki-laki yang memakai pakaian wanita”

Secara umum, celana panjang yang dipakai dalam masyarakat adalah pakaian khas laki-laki, sehingga jelas penggunaannya bagi perempuan sangat dilarang. Apalagi ketika kita melihat, penggunaan celana oleh seorang wanita lebih pada kebutuhan mode dengan design yang menampakkan lekuk tubuh wanita. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan apa yang telah diperintahkan Allah ta’ala melalui rasulnya. Meski dewasa ini penggunaan celana dikalangan wanita sudah sangat marak, bukan berarti mampu menghilangkan ‘urf-nya sebagai busana laki-laki. Karena itu, penggunaan celana seperti ini merupakan bentuk tasyabuh yang dilarang.

Celana dan pakaian dalam
Ada sebagian ulama yang berpendapat, bahwa penggunaan celana sebagai pakaian dalam guna melindungi wanita dari berbagai resiko adalah boleh. Dengan catatan, bentuknya berbeda dengan celana yang dipakai laki-laki ; mempunyai ukuran yang longgar serta tetap menggunakan pakaian luar sesuai syariat. Banyaknya resiko yang bisa terjadi pada wanita serta melihat kebutuhan yang ada yakni menutup rapat aurat, maka hal ini diperbolehkan. Selain itu, penggunaan celana sebagai pakaian dalam bagi wanita tidak memperlihatkan bentuk celana itu sendiri karena tertutup oleh pakaian luar yang dikenakan. Dari sini, unsur tasyabuh itu menjadi tidak ada. Dengan dasar itulah, banyak ulama yang menfatwakan bahwa seorang wanita boleh memakai celana panjang, asal menjadi semacam pakaian dalam. Penggunaan celana panjang ini harus dirangkap dengan pakaian luar yang memperlihatkan ciri khas sebagai pakaian wanita, dengan ukuran yang longgar (tidak ketat) serta menutupi seluruh tubuh sebagaimana ketentuan pakaian wanita muslimah.

Celana lebar sebagai alternatif
Tak jarang kita menjumpai banyak wanita menggunakan celana panjang dengan ukuran yang besar (kulot) namun tanpa busana luar sebagai tambahan. Mengenai masalah ini, sebagian ulama tidak membolehkan karena bentuk celana masih terlihat dengan jelas.
Namun ada juga beberapa ulama yang membolehkan wanita menggunakan celana dengan ukuran yang besar (kulot) dengan catatan.
Untuk itu, perlu ada kehati-hatian bagi kaum wanita menentukan pilihan dalam berbusana.. Semoga Allah selalu menjaga kita dari tipu daya setan yang terkutuk, amin. Wallahu A’lam Bish-shawab. [el_Sake]

Laporan Utama

Catatan Konvensi Perubahan Iklim di Nusa Dua Bali
Roadmap Arogansi AS dan Negara-Negara Maju

Ketika dunia berada dalam kerusakan yang amat nyata, negara-negara yang masih berpaling pada hati nurani akan memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikannya, hal itulah yang mendasari disahkannya Protokol Kyoto yang telah disepakati oleh berbagai negara di belahan dunia, hanya saja niat mulia ini dikebiri oleh sikap AS dan Australia yang menolak ratifikasi Protokol Kyoto, padahal kedua negara adidaya itu penyumbang emisi terbesar di dunia

Dunia boleh marah, tetapi AS akan terus melenggang seenaknya sendiri di tengah negara-negara lain yang terus menentangnya. Konvensi tentang perubahan Iklim di Nusa Dua Bali 3-14 Desember 2007 menyisakan sebuah pertanyaan, akankah arogansi AS akan berhenti seiring dengan memburuknya lingkungan dunia akibat pemanasan global? Meskipun di akhir konvensi perubahan iklim UNFCCC (United Nation Framework Convention Climate Change) Nusa Dua Bali diakhiri dengan melunaknya sikap AS, tetapi agaknya kita patut menjadi saksi bagaimana kengototan AS itu menjadi bumerang bagi dirinya, yakni mengamuknya badai topan Katrina di Colorado dan terbakarnya hutan di California.
AS meninggalkan ‘belang’ berupa arogansi setelah Ia ngotot meratifikasi protokol Kyoto, padahal mereka adalah penyumbang emisi terbesar di bumi. Sekedar catatan saja, hasil penelitian dari EPA (Environmental Protection Agency) menyebutkan bahwa AS adalah produsen terbesar dari efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, AS menyumbang 25 persen dari total emisi dunia. Menurut EPA penyebab utama dari pemanasan global karena energi listri sebesar 33 persen, transportasi (kendaraan bermotor dan kelautan 26,8 persen, Industri, 18,8 persen, pertanian 7,6 persen, rumah tangga 7,6 persen, komersial 4,7 persen
Menurut data UNFCCC, sampai Juni 2007, Protokol Kyoto telah ditanda tangani oleh 172 negara, sampai detik itu pula AS dan Australia belum mau meratifikasi Protokol Kyoto, padahal kedua negara tersebut adalah pihak dalam COP (Conference on Parties), atau negara wajib lapor terkait dengan emisi gas buangnya yang membuat lapisan ozon semakin rusak, untuk itu adalah aneh jika negara-negara dengan penyumbang emisi terbesar itu justru menolak Protokol Kyoto.

Penolakan Ratifikasi
Sepanjang sejarah hanya George Bush (senior) saja yang telah meratifikasi UNFCCC, pada November 1998, Al Gore, wakil presiden AS secara simbolis menanda tangani Protokol Kyoto, tetapi mereka tak pernah membawa kebjakan itu ke senat AS (semacam wakil rakyat) sehingga tak ada kepastian negara-negara bagian AS akan tunduk menaati Protokol Kyoto, karena penandatanganan itu hanya simbolis, maka prakteknya di lapangan pun tetap liar, mereka tetap seenaknya sendiri membuang emisi gas ke atmosfer, industri-industri AS yang berkembang pesat mengarahkan cerobong-cerobong asapnya ke atas langit biru
Pada masa pemerintahan Bill Clinton, Ia tak pernah membawa masalah itu ke kongres guna diratifikasi. Hampir senada dengan George Bush (junior) yang tidak berniat untuk meratifikasi dengan alasan adanya hak-hak istimewa dari beberapa negara seperti Cina sebagai penyumbang emisi terbesar kedua dan India yang mendapat perlakuan khusus berupa tidak adanya kewajiban untuk menurunkan emisinya.
Kritik tajam tak hanya dilakukan oleh negara-negara yang membenci AS, tetapi juga dari negara-negara bagiannya. Sampai Januari 2007 delapan negara bagian timur laut AS berpartisipasi dalam Prakarsa Regional Gas-Gas Rumah Kaca untuk mengurangi emisi gas-gas rumah kaca. Rupa-rupanya mereka telah membelot dari kebijakan Gedung Putih di Washington DC, yang menolak meratifikasi Protokol Kyoto. Di negara bagian California misalnya, sampai Agustus 2006, California mengeluarkan undang-undang pengurangan emisi sebesar 25 persen pada tahun 2020. California berada di peringkat 12 terbesar dunia penyumbang emisi gas rumah kaca. Sampai Maret 2007, 418 kota di 50 negara bagian AS, mewakili lebih dari 60 juta penduduk AS, mendukung Protokol Kyoto.
Tak hanya negara bagian yang menolak, tetapi juga korporasi-korporasi dan perusahaan-perusahaan swasta dalam negeri AS banyak yang menentang kebijakan pemerintah AS yang diktator. Beberapa perusahaan industri yang masih bersekutu dengan AS semakin ditinggalkan oleh perusahaan lainnya, seperti Ford, Texaco, Daimler Chrysler, General Motor, dan Southern Company, sebab mereka ngotot untuk mendukung langkah pemerintah AS yang kebablasan.
Sementara itu Australia menandatangani Protokol Kyoto pada 29 April 1998, tetapi menolak meratifikasinya. Negeri tersebut merupakan penyumbang emisi gas-gas rumah kaca terbesar per kapita karena ketergantungannya pada batu bara untuk tenaga listrik. Perdana Menteri Australia John Howard menolak Protokol Kyoto karena akan memengaruhi lapangan kerja di Australia. Alasan lainnya mirip dengan Bush, yakni karena negara-negara berkembang, seperti China dan India, yang jumlah penduduknya terbesar di dunia dan mengalami booming ekonomi, tidak diwajibkan untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kacanya.

Tuduhan AS
Masalah keselamatan lingkungan dunia ini ternyata menjadi persoalan pelik ketika negara-negara maju hendak memaksakan kepentingannya dan cenderung mengkambing hitamkan negara-negara berkembang, mereka menuduh negara seperti Indonesialah yang banyak merusak lingkungan karena pencemaran dari asap kendaraan bermotor, juga penggundulan hutan yang begitu cepatnya. Guiness Book Of Record yang memasukkan Indonesia sebagai pencatat rekord penyebab emisi karbon.
Seharusnya jika mau fairplay tidak layak bagi negara maju untuk menuduh negara berkembanglah penyebab kerusakan lingkungan, negara Industri seperti AS justru penyumbang emisi terbesar di dunia, namun mereka tidak mengakuinya dan menuduh negara-negara berkembanglah penyebab semua ini. Namun melalui UNFCCC, banyak hal baik yang bisa dipetik antara lain, Indonesia yang mempunyai keluasan hutan ketiga setelah Brasil dan Congo mendapatkan bantuan dalam rangka mengatasi pemanasan global, hutan Indonesia akan dilestarikan agar dapat menyerap emisi gas di udara demi terwujudnya lingkungan dunia yang sehat dan sejahtera.
Lantas hikmah apa yang bisa dipetik dari peristiwa ini? Bagaimanapun juga para perusak lingkungan adalah orang-orang kafir, dan itu semua sudah dijelaskan dalam ayatnya. Kita tak perlu heran dengan sikap mereka, karena semua gambaran sudah tersirat jelas dalam Al Qur’an, orang-orang kafir selalu berdalih kalau Ia akan memelihara lingkungan, tetapi justru terbukti mereka merusak lingkungan. Lihatlah awal surat Al Baqarah ayat 11-12, karakter orang-orang kafir yang sudah menjadi tabiatnya untuk merus
ak lingkungan(with pras)

Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca

“Telah terjadi kerusakan didarat dan dilaut karena ulah manusia, (sebagian akibat buruk ditanggulangi Allah dan sebagian lagi dibiar-kan terjadi) agar manusia tahu dan merasakan akibat buruk tsb lalu kembali (tidak merusak lingkungan lagi)” (Ar Rum ayat 41)

Bayangkanlah bumi dan atmosfernya adalah bola yang terbungkus dengan kaca yang tertutup rapat. Kaca itu sebagai pelindung juga penyaring dari radiasi sinar matahari yang bisa masuk tanpa penghalang. Atmosfer atau kaca itu untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat juga melindungi bumi dari tabrakan benda-benda langit yang jatuh ke bumi.

Tetapi karena ulah manusia juga, zat-zat berbahaya yang dalam lapisan atmosfer yang ada di atas sana mengakibatkan kebocoran akibat berlebihannya manusia dalam mengeksploitasi lingkungan. Yakni berlebihan untuk terus memproduksi emisi-emisi gas yang terdiri dari Karbon Dioksida, Karbon Monoksida, Metana, Sulfur Heksafluorida, Nitrous Oksida. Sementara itu kontrol yang dilakukan oleh hutan untuk menyerap karbon dioksida oleh manusia justru terus menerus dieksploitasi, ditebang dan dijarah untuk kepentingan bisnis, inilah ironinya.

Emisi zat buang itu ada pada kendaraan bermotor, industri pabrik, industri rumah tangga dan proses alami makhluk hidup. Secara umum sumber pencemaran dapat dibagi dua sumber diam dan sumber bergerak, sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga, sedangkan sumber bergerak adalah aktivitas lalu lintas kendaraan bermotor dan transportasi laut Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi.

Akibat bocornya armosfer, suhu bumi mengalami perubahan, yang menyebabkan es di kutub utara mencair, sehingga permukaan air laut mengalami kenaikan di satu sisi seringkali kita menjumpai badai yang datang dengan tiba-tiba, bahkan perubahan iklim juga menyebabkan musim berjalan tidak teratur. Musim hujan yang berlangsung secara periodik antara Oktober hingga April tersebut kadang sampai november hujan belum juga turun, sebaliknya juga musim kemarau yang terjadi dari Oktober hingga April, tetapi di bulan Mei sendiri sering terjadi ironi. Ketidak menentuan musim ini berimbas langsung pada petani tadah hujan yang memulai masa bercocok tanam dari tanda-tanda alam, tetapi karena musim tak teratut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi petani. Untuk itulah dunia berseru, orang-orang yang masih peduli dengan lingkungan baik dari kalangan ilmuwan, cendekiawan, politisi, dari seluruh dunia bersepakat untuk menempuh cara untuk memperbaiki lingkungan melalui sebuah forum yakni UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change) Sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Mereka berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi yang terkait dengan pemanasan global. Kerangka kerja penanganan emisi ini ada pada Protokol Kyoto, negoisasi dari negara-negara dunia untuk menurunkan emisi gas, dimana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi sebesar 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia (diolah dari berbagai sumber—with pras)

Alamku Ramah, Bumiku Hijau

Berbagai upaya terus dikembangkan untuk menurunkan laju emisi gas, para ilmuwan berusaha mengembangkan solusi alternatif untuk mengurangi emisi gas, Apa saja solusi kreatif untuk menurunkan emisi gas tersebut?


Membudayakan Sepeda dan kendaraan non BBM
Asap kendaraan hasil pembakaran bahan bakar fosil adalah penyumbang terbesar gas-gas rumah kaca yang memengaruhi perubahan iklim dunia. Karena itu, sudah saatnya kini berkendara tanpa asap, yaitu dengan menggunakan sumber energi ramah lingkungan untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran. Berbagai upaya menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil dengan energi ramah lingkungan seperti sel surya, bahan bakar nabati seperti tanaman jarak atau etanol dan fuel-cell yang menggunakan hidrogen dan oksigen telah dirintis di banyak negara, termasuk juga Indonesia.

Menggantikan Kantong Plastik dengan Bahan Daur Ulang
Tengoklah sampah-sampah yang terdapat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sebagian besar berasal dari sampah plastik atau tas-tas plastik yang sulit diurai. Tas plastik ini adalah kesulitan terbesar bagi lingkungan kita karena sulit dimusnahkan. Dibakar tidak hancur, justru menambah polutan di udara, ditimbun tidak membusuk. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Kampanye kantong plastik ini sudah sangat gencar. Singapura melarang penggunaan kantong plastik, sedangkan Rwanda dan Tanzania sudah melarangnya sama sekali, sebagai gantinya mereka menggunakan bahan daur ulang dari kertas atau kulit jagung.

Deforestrasi Dilawan dengan Penanaman Satu Juta Pohon
Hutan Indonesia dikenal juga sebagai hutan dengan mengalami deforestrasi yang tinggi di dunia. Diperkirakan deforestrasi hutan Indonesia sebesar 1.6 sampai 1.8 juta hectars per tahun, sedangkan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mengungkapkan data terjadinya deforestrasi di Indonesia rata-rata 2.0 juta per tahun.Tingginya deforestrasi di Indonesia disebabkan oleh tiga penyebab utama, illegal logging, perambahan hutan dan kebakaran hutan. Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam
pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Bagi Indonesia, realisasinya menurut Rahmat Witoelar adalah memerintahkan perusahan penyumbang emisi untuk melakukan penanaman pohon. Taruhlah satu pohon bisa mengonsumsi 1 ton karbondioksida sepanjang hidupnya, maka jika sebuah perusahaan mempunyai emisi sejumlah 10.000 ton per tahun, berarti wajib menanam pohon sejumlah 10.000 juga.

Konservasi Orangutan untuk Kelestarian Hutan
Orangutan adalah populasi primata yang hampir punah, kepunahan orangutan karena hutan yang banyak ditebang. Orangutan sebetulnya adalah spesies yang bisa menentukan apakah hutan itu layak huni bagi spesies satwa ataukah tidak, punahnya orangutan sekaligus menandai hutan sedang dalam ancaman pembabatan hutan yang serius. Sebagai primata yang makan banyak buah-buahan, Orangutan memainkan peran penting dalam regenerasi hutan. Saat satwa tersebut menyebarkan biji-bijian sisa makanannya membantu tumbuhnya banyak pohon dan akhirnya membantu perbaikan hutan.


Perdagangan Karbon
Peluang Indonesia Menjadi “Tempat Sampah” Negara Lain.

Arus perdagangan karbon sebagai alternatif mengatasi pemanasan global memposisikan Indonesi sebagai tempat pembuangan emisi “sampah” dari negara-negara industri. Hal ini sangat berbahaya mengingat potensi kebocoran hutan di Indonesia yang sangat besar

Perubahan iklim secara global yang dewasa ini berkembang menuntut persiapan berbagai negara dalam mengatasi dampak yang ditimbulkannya. Perubahan iklim terjadi akibat meningkatnya rata-rata suhu permukaan bumi (pemanasan global) karena akumulasi panas yang tertahan di atmosfer sebagai akibat dari efek rumah kaca. Hal ini didorong oleh perkambangan populasi serta aktivitas manusia, khususnya sejak Revolusi Industri pertengahan abad 19 yang telah meningkatkan emisi gas-gas rumah kaca serta memperhebat efek rumah kaca di atmosfer.
Beberapa dampak yang muncul akibat masalah pemanasan global adalah meningkatnya suhu udara yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, terutama tanaman semusim. Hal ini juga mendorong menigkatnya serangan hama pada tanaman, sehingga mengancam keseimbangan alam yang ada. Dampak kedua yakni munculnya iklim ekstrim yang melahirkan bencana alam secara luas. Kejadian riil yang sering kita lihat diantaranya banjir, kekeringan, El Nino, La Nina. Sedangkan dampak lain yang muncul karena pemanasan global berupa peningkatan permukaan air laut yang akan menambah salinitas (kegaraman) tanah disekitar pantai. Salinitas merupakan racun bagi tanaman yang dapat mengganggu fisiologis dan fisiknya. Masalah ini akan sangat terasa pada negara-negara kepulauan luas seperti Indonesia. Sehingga berdampaki pada penciutan lahan pertanian yang sangat besar
Perdagangan Karbon sebagai Alternatif Solusi.
Setelah melalui langkah-langkah yang panjang, beberapa alternatif untuk menekan permasalahan tersebut telah dicetuskan. Diantara gagasan yang muncul adalah tentang alternatif perdagangan karbon sebagai solusi yang dianggap saling menguntungkan berbagai pihak. Ini mengingat, negara-negara industri penyumbang emisi (buangan) terbesar, tidak mempunyai lahan yang cukup dalam membuangnya. Sedang pada sisi lain, keberadaan negara-negara berkembang yang mempunyai lahan serap memadai, membutuhkan dana besar dalam upaya meningkatan produktifitas. Berangkat dari rasa saling membutuhkan itulah, kemudian muncul gagasan penjualan karbon antar negara bersangkutan.
Bagi indonesia sendiri, setelah meratifikasi Protokol Kyoto melalui undang-undang Nomor 17 tahun 2004 akan membuka peluang pada arus perdagangan karbon dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk itu, pada bulan Juli 2005, pemerintah membentuk Komisi Nasiona; Mekanisme Pembangunan Bersih (Komna MPB) dibawah koordinasi Kementrian Lingkungan Hidup Sebagai fasilitator dan koordinator CDM (clean development mechanism ) ditingkat nasional.
Bagi Indonesia, beberapa pihak menilai arus perdagangan Karbon dianggap sangat menguntungkan. Mengingat banyaknya lahan hutan yang mampu ditawarkan dalam “bisnis baru” tersebut. Dalam proses transaksi nantinya, setiap upaya penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon (tCO2e) akan dinilai satu CER (certifiel emission reduntion) oleh Badan Eksekutif CDM di bawah UNFCCC (United Nations Framworks Convention on Climate Change). Harga CER sendiri sangat bervariasi, tergantung pada kesepakatan pihak-pihak yang melakukan transaksi. Namun secara umum, harga satu CER berkisar 5-15 dolar AS. Hal ini terlihat sangat menguntungkan, mengingat kekayaan hutan yang dimiliki Indonesia sangat luas. Sedikitnya 24 proyek milik 23 perusahaan menufactur nasional mengembangkan mekanisme pembangunan bersih dengan kapasitas pengurangan emisi karbon (co2) mencapai 33,03 juta ton. Dari ini saja, Indonesia akan berpeluang meraup dana maksimal US$330.juta pertahun (sekitar 3,3 truliun rupah) dengan asumsi satu CER dihargai US$10. Bahkan, anggota CDM Executif Board Liana Bratasida mengatakan bahwa indonesia mempunyai potensi penyerapan karbon sebesar 265 juta ton yang berasal dari sektor energi sebesar 125 juta ton sertya 140 juta ton dari sektor kehutanan. Dari situ terlihat berapa jumlah dana yang bisa dihasilkan dari arus perdagangan karbon ini.
Tempat sampah bagi negara lain.
Melihat angka-angka yang dihasilkan dari proyek perdagangan karbon, membuat kita berfikir betapa proyek ini sangat menguntungkan. Namun jika melihat lebih dalam, tentang dampak yang ditimbulkan tentunya tidak sebanding dengan angka-angka tersebut diatas.
Pemanasan global adalah dampak dari banyaknya emisi (buangan) sampah yang diproduksi oleh negara-negara maju. Emisi ini membawa pengaruh buruk pada lingkungan, sehingga harus ditekan keberadaannya. Dalam hal ini, kesediaan Indonesia dalam arus perdagangan karbon akan memposisikan negara ini sebagai tempat “pembuangan karbon” dari negara-negara industri. Inilah yang menjadi permasalahan, mengingat potensi kebocoran (leakage) hutan Indonesia yang cukup besar. Kondisi hutan Indonesia ini pernah disampaikan oleh penggiat lingkungan dari Wetlands International Indonesia Program, Alue Dohong.
Perdagangan karbon bukan semata masalah keuntungan materi, namun lebih jauh kita harus mampu melihat ke depan tentang dampak yang dihasilkan dari proyek ini. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pembuangan emisi sampah adalah pilihan yang jauh dari tepat. Selain menimbulkan kerusakan hutan, masalah ini juga membatasi sumber pangan banyak kalangan yang selama ini menggantungkan hidupnya pada hutan. Kondisi hutan yang digunakan dalam bisnis ini akan menjadi lahan tertutup yang hanya bisa dinikmati oleh pihak-pihak tententu saja. Dari sinilah dikawatirkan benih-benih kapitalisme menguat di Indonesia. Tak hanya itu, perdagangan karbon yang melibatkan kekayaan alam sebagai obyeknya, akan melahirkan eksploitasi hutan yang berlebihan. Alih-alih menjadikan hutan sebagai lahan pendapatan, malah menggeser fungsi hutan bagi “tuan rumah” sendiri.
Berbagai bencana alam yang menimpa Indonesia mulai dari gempa, banjir, gunung meletus, konflik Lapindo, serta berbagai masalah alam lain yang muncul selama ini harusnya mampu membuat semua pihak jera dalam mengeksploitasi alam. Bahkan hal ini diharapkan mampu melahirkan kesadaran akan pentingnya melestarikan kekayaan alam yang telah terbengkalai selama bertahun-tahun guna menekan masalah kedepan. Ditambah masalah pemanasan global yang menjadi isu bersama, semestinya semakin menyadarkan bangsa Indonesia untuk segera berbenah diri mengatasi permasalahan-permasalan yang akan muncul. Namun sebaliknya, kondisi-kondisi tersebut justru mendorong pihak-pihak pengambil kebijakan di Indonesia untuk mengejar keuntungan finansial. Dalam jangka pendek, keterlibatan Indonesia pada arus perdagangan karbon membuat kita terpana dengan keuntungan materi yang dihasilkan. Namun lebih jauh, dampak yang nantinya muncul akibat kesediaan indonesia menjadi tempat pembuangan emisi sampah dari negara industri, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Jika negara-negara maju saat ini mampu membayar jutaan dolar dalam membuang emisi, apakah Indonesia mempunyai dana sebesar itu jika nantinya semua hutan rusak dan harus membuang emisi sampah ke negara lain?
Untuk itu kita harus kembali merenungkan setiap keputusan yang akan diambil. Pertimbangan kepentingan masayarakat luas harus menjadi prioritas utama dalam menentukan pilihan. Kekayaan alam yang telah Allah hamparkan jangan sampai disia-siakan karena akan membawa kehancuran dikemudian hari.
Allah Ta’ala berfirmat dalam Al-Qu’an surat Ar-Ruum ayat 41, yang artinya :
“Telah timbul kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepadanya sebagian dari (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” -[el_Sake]

Iftitah

Salam Tempel Mr Bush

Lagi-lagi AS menunjukkan kepongahannya dengan ogah meratifikasi konsensus yang telah digulirkan oleh Protokol Kyoto. Sebelum UNFCCC yang diselenggarakan di Bali ini, sebuah kesepakatan yang telah disetujui oleh negara-negara di dunia akan mengurangi jumlah emisi gasnya sebesar ketentuan yang telah digulirkan.Tetapi giliran AS, seluruh dunia dibuat pusing dengan gaya utusan AS yang melobi sana-sini hanya demi satu tujuan menolak untuk meratifikasi protokol kyoto tahun 1999. Para ahli dan pendukung AS menilai sikap arogan yang ditunjukkannya sebagai kemampuan diplomasi tingkat tinggi, tentu bisa dibayangkan sendiri AS yang notabene sendirian, dengan sikap kekukuhannya itu ternyata tak membuat negara-negara lain berani untuk menentang kebijakannya, Ia meskipun melawan arus, namun tak satu negarapun berani untuk menggugat sikapnya.
AS seolah-olah seperti raksasa Gulliver di tengah-tengah kurcaci-kurcaci yang berupaya menyerimpung langkahnya, tetapi kita tak berdaya karena raksasa itu sangat kuat, sedangkan kita tak lebih dari macan ompong, atau mungkin malah pengecut yang tak berdaya ditikam kesewenang-wenangan AS.
Di dalam banyak sisi, AS seakan-akan menantang kita, “Ini lho aku cowboy yang bergaya sok preman” dan tidak takut dengan siapapun meskipun sendirian. Tengoklah bagaimana kepongahan AS di Irak, meskipun senjata pemusnah massal terbukti tidak ada, tetapi mereka tetap menyerang Irak dengan alasan yang tak masuk diakal. Di Iranpun juga sama, meskipun Iran sudah mengatakan nuklirnya untuk keperluan pembangkit listrik dan konversi energi, tetapi AS tetap mengawasinya, kalau-kalau Irak membuat senjata.
Sikap semau gue jelas sekali menampar dunia internasional, mereka seakan-akan tidak menghargai negara-negara lain yang tengah berupaya keras untuk mengurangi laju kerusakan lingkungannya dengan menyepakati apa yang tertuang dalam Protokol Kyoto, berupa penurunan emisi gas buang yang banyak menghancurkan lapisan ozon. Padahal AS sendiri penyumbang emisi gas terbesar di dunia, sangat ironi jika negeri Pak Lik Sam itu sama sekali bersikeras dengan sikapnya
Sama seperti pencuri yang tertangkap basah mencuri, begitu ketahuan barang bukti yang dicurinya menolak untuk mengembalikan barang curian itu kepada pemiliknya. Sekali lagi kita Umat Islam sedang disuguhi dagelan tingkat tinggi, gaya arogan, sekaligus kekonyolan. Apakah hikmah yang bisa dipetik dalam peristiwa ini, Allah sengaja membuka aib atau kebobrokan sebuah negara yang diluarnya nampak begitu sempurna, elegan dan penuh dengan kewibawaan.
Selamat membaca Furqon!

EKONOMI

Indonesia, Surga Para Perokok

Rokok, konon menjadi tulang punggung perekonomian nasional, pendapatan negara yang besar diperoleh dari rokok. Bahkan pemerintah seakan menutup mata dengan bahaya yang ditimbulkannya, pemerintah hanya menghimbau dalam bandrol rokok tentang bahaya merokok, tetapi tidak menolak devisa yang berasal dari rokok

Rokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup, bagian dari roda nasib ekonomi yang sangat menentukan. Konon tanpa rokok ribuah buruh akan terancam PHK dan sebagian lagi jejaring ekses dari mereka yang menggantungkan hidup dari rokok akan turut menjadi korban. Insan periklanan, olahragawan, band-band papan atas yang kerap manggung karena disponsori oleh pabrik rokok, event organizer dan sebagainya, akan terkena dampak langsung seandainya pabrik rokok gulung tikar.
Perkembangan rokok ini tak hanya terjadi di negeri yang sudah makmur saja, tetapi di negara miskin seperti Indonesiapun konsumsi rokok telah mencapai angka yang mengkhawatirkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), Sarimun Hadisaputro, mengungkapkan, biaya yang dikeluarkan oleh keluarga miskin Indonesia untuk belanja rokok mencapai Rp 23 triliun per tahun. Diperkirakan 19 juta keluarga miskin Indonesia mengonsumsi rokok sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan sangat fantastis, setara dengan harga 5,8 juta ton beras dan lebih tinggi dari subsidi BBM untuk mereka.

Devisa Tinggi
Masyarakat miskin menyia-nyiakan dana Rp 23 triliun pertahun untuk sesuatu yang bukan hanya sia-sia melainkan buruk bagi mereka. Dan yang buruk itu malah lebih diutamakan daripada hal yang baik dan perlu seperti gizi, pendidikan, atau kesehatan bagi keluarga mereka. Lihatlah di sekeliling kita, banyak sekali orang yang mendahulukan rokok daripada susu, buah-buahan, atau buku untuk anak-anak mereka.
Bahkan pemerintah membiarkan para kapitalis industri rokok menggoda masyarakat dengan iklan yang luar biasa gencar dan dahsyat. Kayaknya pemerintah tak peduli atas para korban iklan ini, yakni puluhan juta anak muda yang menjadi lemah secara fisik dan didekatkan kepada narkoba. Juga puluhan juta orang-orang miskin yang jatuh menjadi lebih miskin lagi. Meskipun Lembaga Konsumen Indonesia dengan kekuatan tak seberapa berhasil mendesakkan peringatan bahaya merokok. Sayangnya peringatan itu menjadi semacam ironi, karena, meski tertulis pada setiap bungkus rokok, juga pada setiap iklannya, kekuatan peringatan itu seakan sirna oleh mitos kenikmatan merokok.
Dan, rezim rokok terus berjaya. Pemerintah boleh dibilang sama sekali tidak berniat mengendalikan kekuatan yang jelas-jelas merusak itu. Sebabnya, seperti pernah dikatakan dulu oleh Prof Sumitro Djojohadikusumo, industri rokok masih sangat penting bagi perekonomian Indonesia dan pendapatan negara. Dari sisi pandang ekonomi semata, Pak Mitro memang benar. Data tahun 2006 menunjukkan pendapatan APBD di seluruh Indonesia industri rokok mencapai Rp 83 triliun. Selain itu ribuan petani tembakau dan puluhan ribu pekerja industri rokok ikut menggantumg hidup dari dari bisnis nikotin ini. Benarkah ketiadaan rokok bisa mengganggu stabilitas perekonomian nasional, juga ketiadaan rokok mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi kehidupan yang kita sangat bergantung pada rokok?

Mitos dan Fakta
Dari situs
South East Asia Tobacco Control Alliance menginformasikan tentang mitos dan fakta rokok terhadap ekonomi. Para pelaku industri rokok mengatakan rokok memberikan kontribusi yang besar terhadap kontribusi devisa bagi Negara, kenyataannya Negara membayar biaya lebih besar untuk rokok dibanding dengan pemasukan yang diterimanya dari industri rokok. Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok, termasuk berkurangnya kualitas hidup perokok perokok pasif yang bisa terkena penyakit dari perokok aktiflah salah satu penyebabnya.
Selain itu para pelaku industri rokok sengaja mengkampanyekan dampak stabilitas ekonomi nasional jika peraturan rokok diperketat sehingga mengakibatkan hilangnya pekerjaam di tingkat petani tembakau dan industri rokok Para ekonom independent yang sudah mempelajari klaim industri rokok, berkesimpulan bahwa industri rokok sangat membesar-besarkan potensi kehilangan pekerjaan dari pengaturan rokok yang lebih ketat. Di banyak negara produksi rokok hanyalah bagian kecil dari ekonomi mereka. Penelitian yang dilakukan oleh World Bank mendemonstrasikan bahwa pada umumnya negara tidak akan mendapatkan pengangguran baru bila konsumsi rokok dikurangi. Beberapa negara malah akan memperoleh keuntungan baru karena konsumen rokok akan mengalokasikan uangnya untuk membeli barang dan jasa lainnya. Hal ini tentunya akan membuka kesempatan untuk terciptanya lapangan kerja baru.

Menaikkan Pajak Rokok
Salah satu jalan untuk mengurangi jumlah perokok adalah memberikan cukai yang tinggi kepada industri rokok, cukai yang tinggi sebagai salah satu cara untuk mendongkrak pendapatan negara sekaligus mengurangi jumlah konsumen perokok. Diharapkan dengan harga rokok yang tinggi konsumen tak mampu beli. Para peneliti menghitung, kenaikan 10 persen dari harga rokok akan mengurangi empat persen jumlah perokok di negara maju dan delapan persen perokok di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tentu saja adanya kebijakan seperti ini yang pertama berhenti merokok adalah penduduk berpenghasilan rendah. Demikian pula perokok anak dan remaja.Secara keseluruhan akan ada 40 juta orang di seluruh dunia yang berhenti merokok. Hal itu mencegah 10 juta kematian dini. Sembilan juta di antaranya di negara berkembang. Menurut Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rentan Dr dr Anhari Achadi MPH saat ini cukai rokok di Indonesia bervariasi antara enam sampai 40 persen, tergantung jenis rokok dan besar kecilnya industri rokok.

Bahaya Merokok
Soal bahaya rokok, hampir tak ada orang yang tak tahu. Tapi hal itu tak menyurutkan niat orang untuk merokok. Selain faktor budaya, juga akibat ilusi tentang kegagahan, kecantikan, atau kemodernan yang disodorkan iklan rokok.Data WHO menunjukkan, rokok menyebabkan 3,5 juta kematian tiap tahun atau 10.000 kematian per hari. Bank Dunia memperkirakan, dengan pola merokok saat ini, 500 juta orang terancam nyawanya. Lebih dari setengahnya adalah anak-anak dan remaja. Kalau saat ini epidemi penyakit kronis dan kematian dini masih terjadi di negara maju, dengan peningkatan jumlah perokok di negara berkembang, tahun 2020 situasi akan terbalik. Tujuh dari 10 orang yang mati akibat rokok akan terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tahun 2030 akan terjadi 10 juta kematian per tahun akibat rokok. (withpras)

BEDAH

Syeikh Siti Jenar Tak Perlu Dibela (2)
Ajarannya Mirip dengan Mansur Al Hallaj

Apakah ada hubungannya Syeikh Siti Jenar dengan Mansur Al Hallaj? Meskipun mirip bukan lantas dua tokoh ini punya hubungan khusus, guru dan murid misalnya. Keduanya justru terpisah dalam kurun waktu yang panjang, jika Al Hallaj lahir pada abad 9 M, Syeikh Siti Jenar berada pada masa Bintoro Demak, sekitar abad ke 16M

Meskipun kedua tokoh ini berbeda dalam beberapa kurun waktu, tetapi jika kita temukan kemiripan ajaran diantara keduanya, bisa jadi karena pengaruh kebesaran Al Hallaj yang sampai juga ke Indonesia, sebab akses-akses keislaman lewat duta-duta (mubaligh) Islam dari negeri Turki, ataupun pergumulan masyarakat muslim Indonesia di kancah pusat dunia Islam, yakni Haramain (Mekkah dan Medinah) ataupun berbagai perantara media informasi saat itu turut menghantarkan Syeikh Siti Jenar juga mengenal Al Hallaj.

Kesamaan Prinsip
Kesamaan dari ajaran keduanya adalah, jika Al Hallaj mengatakan ana al haqq (Akulah Maha Kebenaran) seolah-olah Dia mengatakan dirinya adalah Allah, Al Haqq itu sendiri, maka Syeikh Siti Jenar juga merumuskan sebuah konsep Manunggaling Kawula lan Gusti (menyatunya hamba manusia dengan Allah). Selain itu Syeikh Siti Jenar mengajarkan tentang Al Hulul wal Ittihad, sebuah konsep kesamaan ajaran yang mengajarkan kesamaan antara manusia dengan Allah.
Secara lebih tersirat, para pendukungnya berpendapat bahwa Syeikh Siti Jenar tak pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan, Manunggaling Kawula lan Gusti adalah manifestasi sang Pencipta (Al Khaliq) sebagai wadah kembalinya seluruh makhluk ciptaannya, dan dengan kembalinya manusia kepada Allah, manusia menjadi sangat dekat, sedekat urat nadinya.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an, surat Al Baqarah ayat 186 “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku merespon seruan (doa) orang yang berseru, manakala dia berseru kepadaku. Karena itu hendaklah mereka merespon (seruan)Ku, beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh petunjuk” Selain itu dalam Manunggaling Kawula lan Gusti, bahwa dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari Tuhan, sebagaimana penafsirannya dalam surat Shad ayat 72 “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya Perbedaan penafsiran ayat Al Qur'an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, seperti yang dipahami selama ini
Menurutnya paham ketauhidan harus melalui 4 tahapan yakni Syariat dengan menjalankan hukum seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain. Tarekat dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu. Hakekat dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan. Dan Ma'rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Seorang Salik (penempuh jalan tasawuf) jika ingin menyingkap rahasia Allah, harus melalui berbagai tahapan ini dengan catatan jika Ia telah beranjak pada tahap berikutnya tak boleh sekalipun meninggalkan fase-fase sebelumnya

Pemahaman Baru
Pemahaman seperti ini sangat baru alias tidak pernah ditemukan dalam pola ibadah sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah, hal ini tentu membuat bingung para Ulama, para Ulama sama sekali tidak mengerti tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh syeikh Siti Jenar, selama beratus-ratus tahun Islam datang hingga sampai ke Tanah Jawa, dai-dai ataupun para wali yang lurus tak pernah menyampaikan tasawuf, bahkan setelah mengkaji lebih dalam melalui pendalaman ajaran ini mereka akhirnya menyimpulkan tasawuf sangat membahayakan akidah umat Islam yang saat itu masih awam. Sebab pada masa itu dakwah yang ditampilkan berada pada tahap akidah dan syari’at. Para Ulama mengkhawatirkan adanya kesalah pahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syeikh Siti Jenar dengan penerimaan kaum muslim yang jalan berpikirnya belum sampai kesana. Akhirnya melalui sidang para Walisembilan mereka memutuskan bahwa ajaran Syeikh Siti Jenar dinyatakan sesat.

Meninggalkan Syari’at
Syeikh Siti Jenar memang sosok yang kontroversial, aneh dan selalu melawan arus dalam ‘pakem’ keislaman yang dibawa oleh para wali yang lurus pada waktu itu. Sebagai contoh ajarannya tentang kehidupan dan kematian, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syari’at Islam. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi. Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah.
Dan menurut Syeikh Siti Jenar manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan pasca kematian. Pandangan ini jelas-jelas aneh, bagaimana mungkin syari’at berlaku di alam akhirat, bukankah Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai rahmat semesta alam, yang semua termaktub didalam Al Qur’an maupun sunnah, mengapa Syeikh Siti Jenar mengatakan syaraiat baru berlaku di akhirat, lantas di dunia kita memakai hukum apa?
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing-masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda-beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing-masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar. Sebagai umat Islam kita perlu hati-hati dan mewaspadai para penipu agama, wajib bagi umat Islam untuk memiliki keimanan dan ilmu untuk mencapai keyakinannya agar jangan sampai terjerumus ke dalam kesesatan.

Letak Kesesatannya
Jika memang Syeikh Siti Jenar benar-benar mempunyai pola pikir seperti itu berarti Ia telah keluar dari Islam. Lantas dimana letak kesesatannya? Pertama bahwa akidahnya telah melenceng. Ia meyakini manunggaling kawula lan gusti yang setelah ditelaah lebih lanjut adalah filsafat pantheisme yang menyamakan Allah dengan alam atau makhluknya. Kedua Ia membangkang syari’ah, padahal syariat adalah manifestasi dari keimanan seseorang, Nabi SAW bersabda, keimanan adalah meyakini dalam hati (taqdisu bil qalbi) diikrarkan dengan lisan (taqriri bil lisan) dan mengamalkan dengan perbuatan (wal amalu bil arkan) Mengamalkan dengan perbuatan inilah yang dimaksudkan dengan pengejawantahan hukum Allah (syariat Islam) dalam kehidupan kita, jika memang Ia menolaknya, berarti Ia telah keluar dari keimanan kepada Allah. [with_prast]

25 Januari 2008

Larangan Al Qur’an Dijadikan Nada Panggil

Dalam teknologi seluler terkini, suara lantunan ayat suci Al Qur’an dari seorang qori terkenal bisa kita dengar setiap waktu. Orang kota yang sibuk dan butuh sentuhan spiritual, tentu membutuhkan ini, hanya saja fatwa keharaman Al Qur’an untuk dijadikan nada panggil ini telah disuarakan dari ulama Saudi Arabia.

Teknologi dan agama, apakah keduanya bisa seiring sejalan, seperti yang sering kita lihat, teknologi kerap dituding sebagai penyebab kemunduran suatu agama. Nyatanya, teknologi hanyalah alat semata, tinggal bagaimana manusia yang menggunakannya. Teknologi bisa juga digunakan untuk tujuan kebajikan. Perkembangan teknologi komunikasi belakangan ini begitu pesat dengan hadirnya telepon seluler.
Mulai dari fasilitas yang semakin komplit, hingga fitur-fitur yang mewah, telepon seluler tak hanya bisa mengakses nada dering tetapi juga suara penyanyinya. Teknologi ini dimanfaatkan dengan kerjasama pihak perusahaan rekaman dengan providernya (Telkomsel atau Indosat) kemudian mengaktifkannya pada nada panggil ataupun nada sambung.

Nada Panggil Al Qur’an
Kreativitas manusia ini semakin pesat tatkala teknologi digunakan untuk hal-hal kebajikan, sebagaimana yang terjadi di Arab Saudi, warganya lebih memilih nada panggil (ringtone) dari penggalan ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh para Imam dan qari terkemuka dari lagu atau musik oleh artis lokal. Tentu hal ini patut kita sambut baik, hanya saja tidak semua maksud baik berbalas kebaikan pula, sebab bisa jadi hal itu tidak sesuai dengan syari’at Islam, sebagian ulama melarang penggunaan ayat-ayat kitab suci umat Islam itu sebagai pengganti
Fatwa larangan itu dikeluarkan oleh, Al-Syu`un Al-Islamiyah wal Amal Al-Kheiri (Direktorat Urusan Islam dan Amal Kebajikan). Alasan utamanya tahrim (pengharaman) adalah terkait ketidakpantasan dan melecehkan kesucian Kalam Ilahi tersebut yang sangat diagungkan oleh seluruh umat Islam sesuai ketentuan syariat Islam.

Alasan Pelarangan
"Penggunaan lantunan ayat-ayat Al-Qur`an dalam ponsel dapat mengakibatkan pelecehan atas kesucian Kitab Suci," ujar DR. Ahmed Abdul Aziz Al-Haddad, anggota Komisi Fatwa. Ia mengingatkan bahwa penggunaan ayat Al-Qur`an seperti ini sama dengan menjadikannya sebagai barang dagangan yang dapat didengar muslim dan nonmuslim di tempat-tempat terlarang membacanya dan berzikir.
"Selain itu, siapa tahu ada sebagian orang yang hanya mendengarkan penggalan dari ayat tersebut secara tidak sempurna sehingga dapat memahaminya dengan salah," papar Al-Haddad lagi.
"Penggunaan ayat Al-Qur`an dalam pelayanan ponsel tidak tepat dan tidak sejalan dengan keagungan Kitab Suci. Maka kami menghimbau seluruh kaum Muslimin untuk mengagungkannya di dalam hati dan dalam prilaku sehari-hari, demikian bunyi salah satu fatwanya. Bila demikian halnya, sebelum melaksanakan sesuatu yang meskipun bertujuan baik, seorang muslim dianjurkan bertanya terlebih dahulu kepada ulama agar jangan sampai maksud hati mendapat pahala malah menuai dosa” demikian penjelasan Beliau. (wiwid)

Minuman Suplemen Meruntuhkan Mitos Pria Perkasa

Budaya kita yang patriarki dikonstruks agar pria lebih punya harga diri didepan wanita. Iklan punya segudang pencitraan, para pedagang punya ribuan strategi dan trik untuk merayu konsumen, agar pria terlihat jantan di hadapan wanita. Maka, jika iklan sampo, sabun, dan bumbu masak didominasi wanita, maka produk-produk yang merangsang untuk peningkatan vitalitas pria digeber besar-besaran tanpa peduli apakah produk tersebut berbahaya bagi kesehatan atau tidak


Benarkah pria lebih jantan daripada wanita? Agaknya pertanyaan itu penting untuk pencitraan sebuah produk, mengingat kejantanan, keunggulan adalah hal mutlak yang harus dimiliki agar tak dicap sebagai pria loyo, lemah syahwat dan berbagai label yang menyebabkan martabat pria menurun drastis. Rasa lelah, letih, lemah sesuatu yang alami dari diri kita tak boleh terjadi, karena para pria adalah simbol kejantanan, kejantanan yang layak robot, tak punya rasa lelah, staminanya meningkat terus, bekerjanya pun ekstra keras (workaholic) agar dapat memenuhi tantangan persaingan.
Menyadari itu berbagai produk diciptakan untuk menggeber stamina terus menerus, pria tak boleh loyo, pria tak boleh kelihatan capek atau lelah, dalam berbagai aktivitas di kantor sampai urusan ranjang, ‘pria-pria perkasa’ ini dituntut dapat memuaskan banyak pihak, semua dilakukan demi sebuah mitos, pria-pria ini memang perkasa. Simbol kejantanan pria diwakili oleh Gatotkaca, otot kawat balung wesi, maka jangan heran salah satu produk jamu majun bernama Kukubima, laris di pasaran.

Kafein 80 mg
Pasar menangkap hal itu sebagai peluang, produk-produk untuk pembangkit vitalitas pria, ketika sedang bekerja, olahraga atau berada di tempat tidur dipromosikan besar-besaran. Sebagai contoh minuman suplemen untuk memacu stamina agar tidak cepat lelah ketika bekerja ataupun olahraga, ternyata setelah diteliti oleh Badan POM banyak masalah didalamnya, ternyata kandungan kafein dari minuman suplemen tersebut melebihi ambang batas yang telah ditentukan, yang seharusnya 50 mg menjadi 80 mg. Tujuan penambahan kafein ini tentu untuk memenangkan persaingan dagang, sebab semakin tinggi kandungan kafein, efek yang dirasakan oleh konsumen tersebut semakin cepat sehingga menambah kepercayaan konsumen terhadap khasiat produk tersebut

Bahaya Kafein
Memang, beberapa orang sangat percaya terhadap khasiat yang dicantumkan dalam kemasan minuman suplemen, sehingga merasa perlu untuk meminumnya agar kondisi tubuh terasa fit. Bila absen meminumnya, maka orang tersebut akan kehilangan kepercayaan diri dan menjadi loyo. Padahal kalau mau dicermati, ada sejumlah persoalan yang perlu diwaspadai dari minuman berkafein, antara lain kafein merangsang kerja otak, jantung, sistem saraf, ginjal, serta koordinasi otot-otot tubuh, itulah sebabnya mengapa orang yang mengkonsumsi kafein menjadi merasa lebih awas, tidak ngantuk, lebih mampu berkonsentrasi, segar dan bergairah. Tetapi perlu hati-hati juga jika mengkonsumsi kafein dengan kadar yang terlalu tinggi akan berbahaya, terutama bagi penderita penyakit jantung, sebab dapat menyebabkan kematian karena jantung berdegup kencang akibat stimulan dari kafein. Kafein juga tidak baik bagi penderita hipertensi karena akan meningkatkan tekanan darah dan dapat menyebabkan stroke. Kafein dosis tinggi juga tidak dianjurkan pada ibu-ibu yang sedang hamil muda karena dapat menyebabkan keguguran. Kafein berlebih juga tidak baik bagi menderita sakit maag, karena di dalam perut kafein dapat meningkatkan produksi asam lambung.
Untuk itulah jangan sampai karena korban iklan kita lantas tertipu dengan produk-produk berbahaya yang merugikan kesehatan, jika memang kita lelah mengapa kita tidak melakukan cara alami untuk mengatasinya, minum air putih atau tidur, istirahat yang paling efektif. (with pras)


Maraknya Pengobatan Herbal

Maraknya Pengobatan Herbal
Hentikan Kebiasaan Berobat ke Dokter !


Apa yang kita pikirkan apabila anggota keluarga kita sakit? Pasti semua sepakat kalau kita harus membawanya ke dokter. Pengobatan yang dilakukan oleh dunia kedokteran memang mendominasi, seakan-akan menjadi satu-satunya penyembuh yang cespleng bagi penderitaan si sakit, tetapi sekarang sedang dikembangkan pola pengobatan herbal yang tanpa efek samping dan murah

Kenyataan ini tak dapat dipungkiri, sebab dokter dan rumah sakit konon menjadi pengobatan dunia modern yang tiada tanding dan tiada banding. Tetapi jika kita mau mengubah jalan berpikir kita, atau mengubah paradigma berpikir kita, tentang dunia pengobatan, dokter ataupun sistem kesehatan didalamnya meliputi, rumah sakit dan obat-obatan, bukan satu-satunya jalan agar terbebas dari penyakit yang diderita. Akan kita lihat bahwa, jauh di perkotaan atau di desa terpencil, hanya beberapa persen dari pasien yang berkenan dibawa ke rumah sakit, mereka lebih percaya dengan pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional
Jauh sebelum dunia farmasi berkembang, obat-obatan kimia belum banyak ditemukan orang, pengobatan herbal menjadi solusi atas segala jenis penyakit. Krena kedudukan manusia saat itu begitu dekat dengan alam, maka Ia mencari obat juga berasal dari alam, yakni banyaknya spesies tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat. Resep dari nenek moyang dan turun temurun inilah yang coba dikembangkan oleh para ahli tanaman obat, bahkan uji klinis juga telah dilakukan oleh BPOM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) untuk menyebut beberapa nama yang berkhasiat sebagai obat.
Menurut laporan BPS (Biro Pusat Statistik) sebanyak 53 juta jiwa atau 25,4 persen manusia Indonesia menderita sakit, dari jumlah tersebut sekitar 58,6 persennya berobat sendiri atau berobat di klinik tradisional. Sisanya yang 41,4 persen pergi ke dokter, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Rupanya, meskipun pengobatan modern dengan alat-alat canggih kedokteran tidak menjamin seluruh masyarakat percaya dan beralih kesana, masyarakat tradisional justru mencanangkan sebuah program back to nature with herbal medicine yang saat ini sedang marak. Kelebihan pengobatan herbal ini disamping tak punya efek samping yang berarti, tanaman obat juga banyak ditemukan di banyak daerah tropis di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki 30.000-an spesies tumbuhan dan 6.000-an jenis tanaman berkhasiat obat.
BPOM sendiri saat ini sudah meneliti 9 tanaman obat unggulan antara lain mengkudu, jambu biji, jati belanda, cabai jawa, sambiloto, kunyit, jahe merah, salam dan temu lawak. Sebagai contoh adalah mengkudu, buah yang berbau kurang enak ini ditemukan oleh orang-orang Polinesia dan banyak digunakan oleh bangsa Cina, India, Tahiti dan Malaysia untuk pengobatan. Zat di dalam mengkudu, Scopoletin mampu memperlebar pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah tinggi, Mengkudu juga bisa untuk menyembuhkan diabetes melitus. Selain itu jambu biji juga efektif untuk menghambat pertumbuhan laju virus Demam Berdarah Dengue (DBD), Selama ini kita tahu bahwa penyakit demam berdarah juga dapat menimbulkan kematian. Temu Lawak (Curcuma xanthorhiza) mempunyai khasiat untuk mengobati berbagai-bagai jenis penyakit. diantaranya adalah untuk mengobati penyakit hati dan demam kuning. Selain itu ia juga merupakan ramuan jamu untuk menyembuhkan demam, sembelit, melancarkan aliran darah, merangsang pengeluaran air hempedu, obat asma, dan sakit perut.lainya. Nah, mulai sekarang kurangi konsumsi obat-obatan dan beralihlah ke obat tradisional, untuk kesembuhan penyakit dan pola hidup sehat. (withpras)

Perang Produk Burqini vs Bikini

Wanita muslimah kini tak perlu lagi merasa canggung didepan umum, mereka tetap bisa tampil sopan (menutup aurat) dalam aktivitas yang serba terbuka seperti di kolam renang atau pantai, sebab kini telah hadir terobosan baru produk halal burqini, gabungan burqa dan bikini

Eksistensi wanita muslimah saat ini benar-benar tak lagi dihargai, di berbagai tempat dan kebudayaan yang ada selalu mempertontonkan lekuk tubuh wanita yang tentunya sangat dinikmati oleh kaum pria. Ada perbedaan persepsi aurat antara apa yang dipahami barat dengan Islam. Menurut pandangan barat apa yang dinamakan aurat adalah kemaluan dan payudara, sementara di dalam islam aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Karena dunia ini dikuasai oleh orang barat yang sangat merendahkan derajat wanita, jadilah produk-produk yang diciptakan juga berselera rendah, seperti halnya bikini, atau pakaian senam, atau pakaian tenis lapangan yang cenderung ketat dan menonjolkan lekuk tubuh wanita, ini tak lain karena ideologi barat menganut paham liberalisme (kebebasan) ataupun hedonisme (kepuasan). Apa yang terjadi kemudian kita saksikan sendiri, yakni fakta penjungkir balikan nilai-nilai, termasuk merendahkan derajat kewanitaan itu sendiri. Wanita adalah komoditi dalam industrialisasi hiburan, disamping karena psikologi wanita tersebut yang ingin dilihat oleh semua orang, khususnya laki-laki. Di samping itu wanita juga merasa bangga kalau memakai produk-produk yang menonjolkan lekuk tubuh, dan model busana yang nganeh-anehi. Wajar saja hal itu terjadi sebab selama ini kebudayaan kita dibanjiri dengan produk-produk barat dan sangat minimnya produk-produk syar’i untuk wanita.
Tetapi jangan khawatir, para wanita muslimah kini tak perlu risau lagi, baru-baru ini dikembangkan produk wanita Islami yang sesuai syar’i. Burqini, demikian nama model pakaian itu yang berarti perpaduan antara burqa dan bikini.Menurut Ahiida Zanetti perancang burqini, konsep pakaian yang ia tawarkan untuk wanita muslimah adalah untuk dipakai pada aktivitas terbuka seperti di pantai atau di kolam renang. Wanita muslimah tetap bisa melakukan aktivitasnya tanpa perlu merasa canggung atau malu bila auratnya terlihat sebab pakaian ini tetap berpedoman pada kaidah syar’i, hanya memperlihatkan muka dan telapak tangan.
Ahiida, warga negara Libanon yang berhijrah ke Australia dalam sebuah situsnya memperkenalkan konsep pakaiannya yang bebas, mudah, nyaman dan percaya diri. Bebas berarti agar wanita muslimah tetap bebas memilih aktivitas olahraganya tanpa pernah merasa malu jika auratnya terlihat. Mudah dan nyaman karena pakaian ini berasal dari bahan-bahan seperti chlorine yang elastis terlindungi dari sinar ultraviolet, tahan di segala cuaca, sedikit menyerap air dan mudah dikeringkan. Pakaian ini diciptakan untuk lebih fleksibel, longgar dan dapat mengatur kelembaban dengan suhu tubuh manusia. Meski menutup seluruh tubuh, pakaian ini tetap terlihat atraktif dan modis, sehingga si pemakai tetap bisa percaya diri, tampil cantik dan tetap mulia meski harus menutup seluruh tubuh.
Hasil rancangan Ahiida saat ini telah dipakai oleh penjaga pantai Australia. SLSA (Surf Life Saving Australia) Sebuah badan yang mengurus masalah pantai di Australia mengeluarkan kebijakan baru, yakni merekrut penjaga pantai dari Timur Tengah, bukan hanya itu saja kebijakan plus yang dikeluarkan adalah memakai pakaian renang burqini yang menutup seluruh tubuh, bukannya bikini yang setengah telanjang. Terobosan itu sangat melegakan, sebab ini bisa menjadi solusi atas membanjirnya produk-produk dari barat yang menjual aurat wanita.

Haramkah Obat Batuk Beralkohol?

24 Januari 2008

Pahlawan dan Mujahid Serupa Tapi Tak Sama

Keduanya selalu berkorban untuk kepentingan orang lain, jiwa dan raganya dengan rela dipersembahkan untuk kemaslahatan umat, bukan rahasia lagi. Tetapi di balik kedua istilah itu pahlawan dan mujahid punya sisi perbedaan yang mencolok

Bukan rahasia lagi kalau kita lebih memihak pahlawan daripada seorang mujahid. Selama ini kita didoktrin dengan doktrin nasionalis sekuler kalau para pahlawan yang membela tanah air itulah yang harus kita hormati, sebab mereka berjuang untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Sedangkan mujahid atau orang yang berperang di jalan Allah untuk membela keyakinannya ataupun untuk tegaknya hukum Islam di muka bumi, sama sekali tak pernah diberikan apresiasi yang sama.
Acapkali kita justru mendengar kalau mujahid itu identik dengan teror, pedang ataupun stigma negatif lainnya, media turut menumbuh suburkan pemahaman seperti ini, kita tak lagi bisa membedakan mana yang benar-benar berjuang di jalan Allah, serta manakah yang berjuang untuk membela semangat fanatisme primordialnya seperti suku, agama dan bangsanya.
Tengoklah bagaimana kasus-kasus seperti Abubakar Ba’asyir terjadi distorsi besar-besaran oleh media. Beliau yang membela tegaknya syariat Islam di muka bumi justru dituduh sebagai teroris dan akhirnya dipenjara, hal itu juga dialami oleh Saddam Husein, Buya Hamka, Sayyid Quthb dan orang-orang lurus lainnya, mereka dibenci karena berusaha untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi, sementara orang-orang di sekeliling mereka adalah kaum nasionalis sekuler yang lebih memilih hukum manusia yang penuh kelemahan daripada hukum Allah.
Kita sebagai muslim pun seringkali tidak paham dan juga berlaku sama kepada orang-orang lurus tersebut, karena kita tinggal di negara yang berhaluan nasionalis, maka tiap hari kita dicekoki dengan pemahaman bahwa pahlawan yang membela tanah air itulah yang harus kita sanjung sedangkan para mujahid yang lurus itu kita hujat beramai-ramai.
Sebetulnya ada perbedaan yang sangat tajam antara pahlawan dan mujahid. Jika pahlawan itu berjuang untuk membela tanah air dan bangsanya, sedangkan mujahid itu berjuang agar bagaimana hukum Allah atau syariat Islam itu tegak di muka bumi. Tidak hanya itu saja perjuangan pahlawan akan sia-sia jika apa yang diperjuangkan hanyalah untuk tanah air dan bangsanya bukannya untuk agama Allah dan keyakinannya, apalagi jika yang dibela adalah ideologi manusia seperti nasionalisme yang mempunyai landasan sekularisme—salah satu proyeknya adalah untuk menjauhkan hukum Allah agar tidak lagi dipeluk manusia
Allah berfirman di dalam Al Quran untuk menjelaskan perbadaan antara pahlawan dan mujahid, pahlawan perjuangannya dimata manusia meskipun mendapat bintang jasa, tetapi di hadapan Allah tidak mendapatkan pahala apapun karena Ia memperjuangkan sesuatu tidak untuk menegakkan hukum Allah. Sedangkan mujahid meskipun tidak mendapat apresiasi yang sama atau terhina di mata manusia, tetapi di hadapan Allah mereka akan mendapatkan pahala di sisi Allah, kerena mereka berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi. Allah berfirman “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah SWT sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan taghut. Sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu sangat lemah” (An Nisa :75) Jadi tak ada gunanya kita memuja pahlawan setinggi langit karena yang mereka bela adalah sekat-sekat primordial kita, yang didalam Islam sebenarnya tak pernah dibedakan, tetapi oleh para pemikir modern justru dihembus-hembuskan dan dimaknai ulang.

Sikap Tasammuh Menuju Islam Super Power

Eropa dan AS tetap buruk dalam melukiskan citra negatif tentang agama Islam, padahal sejarah membuktikan Barat dan Islam telah ‘bermesraan’ dalam peradaban dan sains, tetapi konflik itu sengaja dipelihara sebab ada kecenderungan Islam mulai mendapat tempat di Eropa

Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Institute yang belum lama ini melibatkan 14.030 muslim dan non muslim dari 15 negara seperti AS, Cina, India, Indonesia, Jepang, Jerman, Mesir, Nigeria, Pakistan, Prancis, Spanyol, Turki dan sebagainya.
Patut dicatat, hasil temuan itu mengatakan bahwa orang-orang Barat dan Muslim tetap berada dalam prasangka negatif masing-masing Kedua belah pihak umumnya juga menganggap satu sama lain sebagai suka pada kekerasan, tidak toleran, dan kurang menghargai perempuan. Kaum Muslim di Timur Tengah dan Asia juga menganggap orang-orang Barat sebagai immoral dan mementingkan diri sendiri; sementara orang-orang Barat menganggap kaum Muslim sebagai fanatik.
Karena itu, survei juga menemukan, bahwa mayoritas responden menyatakan hubungan Muslim dan Barat sangat jelek. Dan kedua belah pihak saling menyalahkan; responden Muslim menyatakan, pihak Barat bertanggung jawab atas buruknya hubungan kedua belah pihak, sementara pihak Barat menyalahkan kaum Muslim sebagai penyebab buruknya hubungan kedua belah pihak. Dalam wawancara lanjutan, kaum Muslim umumnya memandang sumber buruknya hubungan kedua belah pihak adalah sikap Barat yang terus tidak adil terhadap bangsa Palestina; dan juga karena sikap double standard Barat dan lain-lain.
Survei yang dilakukan oleh Pew Research Institute ini mewakili gambaran dari benturan peradaban yang kerap terjadi antara keduanya (barat dan muslim), opini yang mereka nyatakan di dalam survei tersebut karena pengaruh dari cendekiawan muslim yang belajar di barat yang mempercayai teori-teori barat yang phobi terhadap Islam. Satu contoh saja teori clash civilization dari Samuel Huntington ataupun Orientalismenya Edward W Said, kedua teori itu tumbuh pasca perang salib dan dominasi penjajah kristen (misionaris) terhadap dunia timur. Huntington sendiri dalam Clash of Civilization and the Remaking World Order (1996) menyatakan kalau strategi baru dalam perang salib adalah dengan jalan perang peradaban dan pemikiran. Sedangkan Orientalisme sendiri tumbuh untuk membantu perluasan daerah yang dilakukan oleh penjajah kristen
Di dalam sejarah, perilaku sahabat lebih mencerminkan toleransinya dan sikap perdamaian daripada permusuhan kepada agama lain. Khalifah Umar bin Khattab misalnya sewaktu menerima penyerahan kota Yerusalem dari pengaruh Romawi ke tangan umat Islam bersama panglima perangnya berkunjung ke bukit Zion, tibalah waktunya shalat Zuhur. Uskup Agung Sophranius menawarkan gereja yang terpandang suci oleh dunia Kristen, untuk shahabat Umar dan pengiringnya..Tawaran yang ramah itu disambut sangat baik oleh Khalifah Umar. “Sungguh senang menerima tawaran Tuan. Tetapi kalau shalat disitu, saya khawatir bahwa suatu hari kelak orang Islam akan merampas gereja Tuan guna dijadikan masjid. Karena itu saya shalat disisi gereja Tuan saja” Setelah mengucapkan kata-kata ini Umar kemudian membentangkan sorbannya dan menunaikan shalat Zuhur disisi gereja itu, sambil tak lupa meminta izin kepada uskup Agung. Bandingkan dengan sikap Kristen yang selalu menunjukkan permusuhan di dalam perang salib dari berbagai kurun waktu. Sebagaimana ucapan Gladstone, mantan PM Inggris, penganut gereja Anglikan yang berbicara di depan ratusan parlemen Inggris kala itu"Percuma memerangi ummat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam masih bertengger al-Qur'an. Tugas kita adalah mencabut al-Qur'an di hati mereka. Dan kita akan menang menguasai mereka," ucapnya. Ucapan Gladstone itu kemudian menjadi rekomendasi penting Kerajaan Inggris tentang bagaimana kiat menundukkan negeri-negeri Islam di wilayah jajahannya. (wiwid prasetyo)


Kisah Dokter Neurologi Menemukan Islam


Benar sekali sebuah ungkapan yang menyatakan ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh, sebab pada kenyataanya apa yang kita pelajari tentang segala sesuatu di dunia ini hanya berhenti sampai di permukaan, atau kita tidak dapat menemukan aspek ruhaniyat yang tersimpan di dalamnya.
Celakanya lagi, berbondong-bondong orang barat masuk Islam, dengan jalan yang paling mulia, yakni saat mereka mengkaji disiplin keilmuan yang mereka miliki, maka disitu mereka menemukan kesesuaian antara Islam dan ilmu pengetahuan. Maka Islam yang mereka peluk itupun bukan Islam yang asal-asalan, tetapi Islam yang dipelajari melalui perenungan dan proses berpikir yang teramat panjang sebelum mereka menemukan kebenaran sejati
Tetapi kita yang sudah sedari kecil menjadi muslim, kemusliman kita karena proses sosiologis—kita berada di lingkungan Islami, orangtua kita muslim, maka kitapun menjadi muslim, tak pernah beranjak untuk menemukan Islam seutuhnya, kita tak lagi punya greget, tidak punya harapan dengan keislaman kita, bahkan kita akhirnya tak pernah menemukan sesuatu yang menarik dalam Islam.
Banyak sekali orang barat yang masuk Islam, setelah mempelajarinya. Pada mulanya mereka ingin menemukan kelemahan didalamnya, tetapi justru mereka tidak dapat menyangkal kebenaran Islam didalamnya. Entah itu dari golongan saintis, islamolog, ataupun dokter, yang jelas islam telah merasuki pikiran bawah sadar mereka, menjadi pintu hidayah yang akan terus mereka temukan.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an, “Ahli fikir itu ialah orang-orang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian mereka merenung seraya berdoa, Wahai Tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan ini dengan sia-sia dan peliharalah kami dari siksa api neraka” (Ali Imron 191)
Untuk itulah mengapa para ilmuwan, ataupun seniman, ketika mereka berada dalam keadaan beriman, benar-benar menemukan kehadiran Allah di sisi mereka, sebab setiap waktu, dalam keadaan apapun mereka terus berupaya menyingkap ilmu Allah yang masih menjadi misteri. Hal inilah yang dialami oleh seorang dokter neurologi dari Amerika Serikat yang menemukan kebenaran di dalam Islam setelah sebelumnya Ia mempelajari disiplin ilmunya, yakni ilmu syaraf.
Pengalaman esoteris itu berawal dari penyelidikannya yang tak kenal lelah. Saat mengkaji tentang fenomena urat syaraf yang unik Beliau menemukan bahwa terdapat beberapa urat syaraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah, kecuali ketika seseorang itu dalam keadaan sujud (shalat) barulah darah dalam takaran tertentu akan masuk ke dalam urat syaraf tersebut.
Padahal tiap inci otak manusia memerlukan pasokan darah yang cukup untuk berpikir secara optimal, maka bisa dibayangkan sendiri, jika seseorang itu tidak shalat, maka berarti beberapa urat syarafnya ada yang tidak bekerja, sehingga imbasnya juga pada otak kita. Anehnya, menurut dokter itu, ukuran darah yang masuk ke dalam urat syaraf tersebut mengikuti jumlahnya mengikuti kadar seseorang ketika shalat 5 waktu. Begitu mengetahui itu, dokter tersebut masuk Islam dan mengubah paradigma pengobatannya ke pengobatan berdasarkan Al Qur’an.
Nah, kita harus menemukan hal-hal yang baru agar keimanan dan keislaman kita menjadi semakin tebal, sebab kadar iman itu kadang naik dan kadang turun, buatlah sebuah loncatan-loncatan atau terobosan agar kita semakin kukuh dengan keislaman kita, bukannya malah kehilangan gairah dan menjadikan Islam sebagai ibadah ritual semata (with pras)

Istri-Istri Pejuang Muslim

Perannya di belakang layar tak pernah ter-ekspose ataupun ditampilkan dalam buku-buku sejarah, tetapi sama seperti laki-laki, sebetulnya mereka punya peran yang tidak sedikit. Tak hanya mendampingi suami dalam perjuangannya, tetapi mereka juga menentukan sendiri corak perjuangannya

Jika dihitung dengan jari, tak sampai sepuluh kita sudah kesulitan untuk menyebut pejuang wanita itu satu persatu, ini tak lain karena dominasi patriarkhi dalam budaya kita, tetapi jika kita menelisik lebih jauh, sejarah perjuangan mereka tak kalah dengan laki-laki Umumnya mereka bergerak di organisasi. Tahun 1912 berdiri Organisasi Perempuan Poetri Mardika. Ada juga Pawiyatan Wanito di Magelang tahun 1915, Aisyiah di Yogyakarta tahun 1917, Percintaan Ibu kepada Anak Temurun (PIKAT) di Manado tahun 1917, Wanito Hadi di Jepara tahun 1919, Poeteri Boedi Sedjati di Surabaya tahun 1919, Serikat Kaoem Iboe Soematra di Bukit Tinggi tahun 1920.

Ny Ahmad Dahlan
Di antara para aktivis perempuan itu, Nyai Ahmad Dahlan (1872-1946) adalah salah satu aktivis Islam yang menonjol. Ia dari organisasi Aisyiah. Sebelum organisasi perempuan Muhammadiyah ini terbentuk tahun 1917, Nyai Dahlan, sapaan akrabnya, bergiat untuk memberdayakan perempuan sejak tahun 1914. Kala itu, istri pendiri ormas Muhammadiyah ini membangun perkumpulan Sopo Tresno (siapa suka), khusus untuk perempuan. Baru pada tahun 1917, nama perkumpulan itu, berubah menjadi Aisyiah.
Menurut Nyai Dahlan, perempuan adalah patner kaum lelaki. Mereka sendirilah yang harus menentukan dan mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Allah kelak, bukan malah ngekor kepada kaum lelaki. Metode pemberdayaan yang dilakukan adalah melalui forum-forum pengajian.

Ny Rasuna Said
Selain Ny Ahmad Dahlan, tercatat pula Ny Rasuna Said Ia dijuluki ‘singa betina’ karena keberaniannya mengkritik pemerintah Belanda. Juga, tercatat sebagai wanita pertama yang terkena speek delict, hukum Kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun bisa ditangkap karena omongan yang merugikan pemerintah. Rasuna juga berguru pada Haji Rasul alias H. Abdul Karim Amrullah, ulama terkemuka di Minangkabau. Di sinilah ia memahami pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berfikir.
Tidak hanya dengan orasi mulut, ia juga berjuang dengan pena. Tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi majalah Raya. Dalam waktu singkat, tulisan-tulisannya mampu mengobarkan obor pergerakan dan api perlawanan rakyat Minangkabau terhadap penjajah. Ia juga menerbitkan majalah Menara Putri, yang khusus membahas seputar kewanitaan dan keislaman.

Ny Sholihah Wahid
Perempuan dalam kultur pesantren juga tak mau kalah. Sholihah A. Wahid Hasyim adalah salah satunya. Ia adalah ibu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ia hidup dalam lingkungan pesantren di Jombang, sebagai menantu Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (1926). Ia juga putri Bisri Syamsuri, pemangku salah satu pesantren di Jombang, Jawa Timur. Sholihah ingin mendobrak tradisi perempuan-perempuan pesantren yang apatis dengan politik dan dunia luar. Dan juga menepis stigma-stigma miring seputar peran perempuan pesantren. Sepeninggal suaminya, tahun 1953, ia kian aktif di berbagai organisasi. Antara lain, menjadi pengurus Nahdlatul Oelama Muslimat (NOM), kini Muslimat NU.

Keep Smile Atau Kupecat dari Pekerjaan!

Senyum adalah sedekah, itu teladan yang dilakukan Rasulullah dan mendapat tempat dalam dunia sekarang sebagai bagian dari strategi untuk merayu konsumen, sayangnya jika kita cermati, senyum para resepsionis, pramusaji ataupun pelayan SPBU hanyalah klise dan tuntutan dari perusahaan mereka bekerja. Buntutnya keramahan yang dipaksakan jelas tak mendapat pahala

Siang itu, perusahaan kami mengadakan syukuran atas launching produk baru, kami meluncur di bilangan pusat jajan dan rumah makan di kota Lunpia untuk kemudian menyantap ayam bakar. Kendaraan kami parkir, lantas kami masuk bersama-sama, mendorong pintu dan tiba-tiba, beberapa pramusaji menyapa kami, sekedar mengucapkan selamat siang lantas dengan senyumnya yang khas mereka mempersilahkan kami duduk.
Belum juga pantat kami menyentuh sofa kursi, pramusaji sejumlah banyaknya kursi yang kami duduki menarik kursi ke belakang, agar kami tak perlu repot dan berpayah-payah, semua sudah dilayani dengan baik. Aku membayangkan suasananya betul-betul seperti seorang raja, pelayan yang murah senyum, cekatan ini bagian dari trik untuk meryu konsumen agar betah.
Dan, gejala ini kami rasa sama, di tiap tempat, perusahaan yang bergerak di bidang jasa akan menggunakan strategi serupa untuk menarik minat pembeli, entah itu pelayan restoran, resepsionis hotel, SPG swalayan semua berlomba untuk merayu konsumen agar membeli sebuah produk ataupun memakai jasa mereka. Salah satu strateginya adalah keharusan untuk tersenyum, karena sering terjadi pegawai yang kurang ramah mengakibatkan konsumen kurang puas, akibat perilaku tersebut karyawan tersebut bisa dikenai sanksi hukum mulai dipotong gaji sampai dipecat dari pekerjaan.
Di sudut jalan-jalan kota Tokyo, di pinggiran jalannya banyak sekali tulisan smile is the best make up, maksudnya kekuatan senyum mampu membuat wajah kita lebih cantik atau lebih ganteng meskipun tanpa make up. Dan, Islam yang selalu mengajarkan untuk selalu tersenyum justru tidak kita sadari, sekarang justru kita mendapat pengalaman langsung melalui cerita tadi bahwa tanpa mengenal ajaran Islam orang Jepang telah mempraktekkan ajaran Islam. Senyum mampu melunakkan hati orang-orang yang berada dekat dengannya.
Rasulullah sendiri jika tersenyum tak akan meneruskannya dengan tertawa terbahak-bahak, melainkan hanya menampakkan giginya yang putih dan rapi.. Jarir bin Abdullah berkata Tidak ada sesuatu yang menghalang Rasulullah s.a.w dariku atau tatkala baginda melihatku semenjak aku memeluk Islam, kecuali pasti dengan tersenyum.” (Riwayat Tirmidzi).
Bahkan jika orang sekarang mempraktekkan senyum dalam rangka untuk menarik konsumen, maka Rasulullah mempraktekkan senyum untuk menarik hati mad’unya. Rasulullah diperintah untuk berlaku lemah lembut kepada pada muallaf yang benar-benar membutuhkannya. Sekali Ia bermuka masam atau bersikap kurang ramah, Allah langsung menegur, seperti yang terdapat dalam surat Abasa. Al Qur’an merekam bagaimana ketika Rasulullah tidak ramah kepada orang buta yang ingin masuk Islam sementara Beliau sendiri sedang melobby pembesar-pembesar Quraisy.
Itulah makanya senyum merupakan bagian dari strategi dakwah Rasulullah, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 159, sekiranya Beliau tidak ramah, mad’unya akan banyak yang lari dan menjauhkan diri“ Sekiranya kamu bersikap kasar dan berhati keras, tentu mereka akan menjauhkan diri dari kamu.” (with pras)

Hati-Hati Aqua Berlumut


Air minum sehat ya aqua. Slogan itu selalu berdengung. Lagi-lagi ini persoalan gaya hidup kita yang malas dalam segala hal, malas untuk memasak air, apalagi sampai antri berpuluh-puluh kilo seandainya kita hidup pada daerah tandus. Cukup beli air kemasan atau isi ulang yang cukup murah, kita mendapatkan air segar alami yang ternyata . . .
Instant, itulah yang selalu didengung-dengungkan oleh masyarakat modern, instant itu praktis, tak bertele-tele, dalam bahasa iklan tinggal lheb . . tanpa perlu proses yang rumit. Dalam segala hal, manusia modern menuntut kepraktisan, entah itu dalam hal pola makan, ataupun minum.
Dalam hal minum misalnya, kalau dulu, orang harus susah payah ngangsu air, kemudian merebusnya, tetapi barangkali hal itu sudah jarang dilakukan, mereka yang tinggal di kos, kontrakan dengan aktivitas yang sibuk memilih untuk membeli air kemasan atau jika mereka punya dispenser—alat pengubah suhu air dingin atau panas dan berfungsi sebagai penampung air, mereka memilih untuk membeli aqua jenis galon yang lebih murah dan kapasitasnya lebih banyak.
Di balik semua itu, ternyata Aqua galon menyimpan banyak masalah, antara lain air yang kelihatan keruh, kotor dan setelah beberapa hari mengendap dalam galon, air aqua itu ternyata mengandung lumut. Temuan dari Dinas Kesehatan di Makassar setelah sebelumnya melalui pelaporan konsumen membuat Dinas Kesehatan itu terpaksa turun lapangan untuk memeriksa depo air minum yang tersebar di Makassar.
Sementara itu salah satu situs media konsumen menerima pengaduan dari seorang agen penyalur aqua yang mendapatkan pasokan Aqua botol dan galon dari seorang sales asal Klaten menuturkan
“Namun beberapa hari kemudian, dua Aqua galon yang tersisa tiba-tiba isinya keruh. Di bagian bawah galon muncul gumpalan warna hijau seperti lumut. Keruh sekali dan menjijikkan. Sampai-sampai, pelanggan urung membeli di toko saya. Padahal masih ada beberapa galon Aqua yang isinya jernih. Pikir saya, aneh, Aqua kok ada lumutnya? Padahal Aqua sudah punya nama. Katanya, Aqua jernih, segar dan selalu terjamin mutunya, mana buktinya? Untuk diketahui, penutup galon tersebut juga ada tulisannya Aqua. Di bagian tutup juga disegel pakai plastik warna biru tua bertuliskan Aqua. Hanya saja, plastik segel itu tidak rapi dan sudah sobek-sobek”
Di Jakarta, penelitian tentang Air Minum Isi Ulang (AMIU) berbagai merk, termasuk Aqua membuktikan bahwa 16 persen sampel air minum itu terkontaminasi dengan bakteri Coliform. Mengapa bakteri bisa masuk, padahal didalam prosesnya sendiri Aqua menerapkan langkah apa yang disebut 27 langkah hidro pro system sejak pemilihan mata air hingga pemrosesan, pengemasan serta pemantauan kualitas air. Perusahaan yang menginduk pada Danone (perusahaan roti dan biscuit dari Perancis) ini. Mengawali pemrosesan dengan filterisasi atau penyaringan air untuk menghilangkan partkel kasar yang mungkin terbawa dari perut bumi. Berikutnya, proses ozonasi untuk lebih memastikan bahwa air AQUA benar-benar bebas dari kuman-kuman pembawa penyakit, barulah kemudian proses pengemasan dari bahan PET seperti yang kita lihat dalam kemasan aqua 240 ml, 1500 ml, 600 ml dan 330 ml.
Jika memang prosesnya saja sedemikian ketat kecil kemungkinan Aqua tercemar, bisa jadi kita harus lebih curiga bahwa aqua berlumut itu aspal (asli tapi palsu) dan bukan dari perusahaan Aqua yang asli, hal ini bisa dilihat dari plastik segel yang tak rapi dan sobek-sobek, saatnya sebagai konsumen agar lebih cermat dalam membeli. Apalagi bisnis air minum sekarang begitu menggiurkan, permintaan dari pasar begitu tinggi, mereka yang memahami peluang ini dan hanya mengeruk semata, akan berusaha dengan segala daya menghalalkan segala cara
(with pras/media_konsumen/tribun makassar/danone aqua)