24 Januari 2008

Kisah Dokter Neurologi Menemukan Islam


Benar sekali sebuah ungkapan yang menyatakan ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh, sebab pada kenyataanya apa yang kita pelajari tentang segala sesuatu di dunia ini hanya berhenti sampai di permukaan, atau kita tidak dapat menemukan aspek ruhaniyat yang tersimpan di dalamnya.
Celakanya lagi, berbondong-bondong orang barat masuk Islam, dengan jalan yang paling mulia, yakni saat mereka mengkaji disiplin keilmuan yang mereka miliki, maka disitu mereka menemukan kesesuaian antara Islam dan ilmu pengetahuan. Maka Islam yang mereka peluk itupun bukan Islam yang asal-asalan, tetapi Islam yang dipelajari melalui perenungan dan proses berpikir yang teramat panjang sebelum mereka menemukan kebenaran sejati
Tetapi kita yang sudah sedari kecil menjadi muslim, kemusliman kita karena proses sosiologis—kita berada di lingkungan Islami, orangtua kita muslim, maka kitapun menjadi muslim, tak pernah beranjak untuk menemukan Islam seutuhnya, kita tak lagi punya greget, tidak punya harapan dengan keislaman kita, bahkan kita akhirnya tak pernah menemukan sesuatu yang menarik dalam Islam.
Banyak sekali orang barat yang masuk Islam, setelah mempelajarinya. Pada mulanya mereka ingin menemukan kelemahan didalamnya, tetapi justru mereka tidak dapat menyangkal kebenaran Islam didalamnya. Entah itu dari golongan saintis, islamolog, ataupun dokter, yang jelas islam telah merasuki pikiran bawah sadar mereka, menjadi pintu hidayah yang akan terus mereka temukan.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an, “Ahli fikir itu ialah orang-orang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian mereka merenung seraya berdoa, Wahai Tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan ini dengan sia-sia dan peliharalah kami dari siksa api neraka” (Ali Imron 191)
Untuk itulah mengapa para ilmuwan, ataupun seniman, ketika mereka berada dalam keadaan beriman, benar-benar menemukan kehadiran Allah di sisi mereka, sebab setiap waktu, dalam keadaan apapun mereka terus berupaya menyingkap ilmu Allah yang masih menjadi misteri. Hal inilah yang dialami oleh seorang dokter neurologi dari Amerika Serikat yang menemukan kebenaran di dalam Islam setelah sebelumnya Ia mempelajari disiplin ilmunya, yakni ilmu syaraf.
Pengalaman esoteris itu berawal dari penyelidikannya yang tak kenal lelah. Saat mengkaji tentang fenomena urat syaraf yang unik Beliau menemukan bahwa terdapat beberapa urat syaraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah, kecuali ketika seseorang itu dalam keadaan sujud (shalat) barulah darah dalam takaran tertentu akan masuk ke dalam urat syaraf tersebut.
Padahal tiap inci otak manusia memerlukan pasokan darah yang cukup untuk berpikir secara optimal, maka bisa dibayangkan sendiri, jika seseorang itu tidak shalat, maka berarti beberapa urat syarafnya ada yang tidak bekerja, sehingga imbasnya juga pada otak kita. Anehnya, menurut dokter itu, ukuran darah yang masuk ke dalam urat syaraf tersebut mengikuti jumlahnya mengikuti kadar seseorang ketika shalat 5 waktu. Begitu mengetahui itu, dokter tersebut masuk Islam dan mengubah paradigma pengobatannya ke pengobatan berdasarkan Al Qur’an.
Nah, kita harus menemukan hal-hal yang baru agar keimanan dan keislaman kita menjadi semakin tebal, sebab kadar iman itu kadang naik dan kadang turun, buatlah sebuah loncatan-loncatan atau terobosan agar kita semakin kukuh dengan keislaman kita, bukannya malah kehilangan gairah dan menjadikan Islam sebagai ibadah ritual semata (with pras)

Tidak ada komentar: