24 Januari 2008

Keep Smile Atau Kupecat dari Pekerjaan!

Senyum adalah sedekah, itu teladan yang dilakukan Rasulullah dan mendapat tempat dalam dunia sekarang sebagai bagian dari strategi untuk merayu konsumen, sayangnya jika kita cermati, senyum para resepsionis, pramusaji ataupun pelayan SPBU hanyalah klise dan tuntutan dari perusahaan mereka bekerja. Buntutnya keramahan yang dipaksakan jelas tak mendapat pahala

Siang itu, perusahaan kami mengadakan syukuran atas launching produk baru, kami meluncur di bilangan pusat jajan dan rumah makan di kota Lunpia untuk kemudian menyantap ayam bakar. Kendaraan kami parkir, lantas kami masuk bersama-sama, mendorong pintu dan tiba-tiba, beberapa pramusaji menyapa kami, sekedar mengucapkan selamat siang lantas dengan senyumnya yang khas mereka mempersilahkan kami duduk.
Belum juga pantat kami menyentuh sofa kursi, pramusaji sejumlah banyaknya kursi yang kami duduki menarik kursi ke belakang, agar kami tak perlu repot dan berpayah-payah, semua sudah dilayani dengan baik. Aku membayangkan suasananya betul-betul seperti seorang raja, pelayan yang murah senyum, cekatan ini bagian dari trik untuk meryu konsumen agar betah.
Dan, gejala ini kami rasa sama, di tiap tempat, perusahaan yang bergerak di bidang jasa akan menggunakan strategi serupa untuk menarik minat pembeli, entah itu pelayan restoran, resepsionis hotel, SPG swalayan semua berlomba untuk merayu konsumen agar membeli sebuah produk ataupun memakai jasa mereka. Salah satu strateginya adalah keharusan untuk tersenyum, karena sering terjadi pegawai yang kurang ramah mengakibatkan konsumen kurang puas, akibat perilaku tersebut karyawan tersebut bisa dikenai sanksi hukum mulai dipotong gaji sampai dipecat dari pekerjaan.
Di sudut jalan-jalan kota Tokyo, di pinggiran jalannya banyak sekali tulisan smile is the best make up, maksudnya kekuatan senyum mampu membuat wajah kita lebih cantik atau lebih ganteng meskipun tanpa make up. Dan, Islam yang selalu mengajarkan untuk selalu tersenyum justru tidak kita sadari, sekarang justru kita mendapat pengalaman langsung melalui cerita tadi bahwa tanpa mengenal ajaran Islam orang Jepang telah mempraktekkan ajaran Islam. Senyum mampu melunakkan hati orang-orang yang berada dekat dengannya.
Rasulullah sendiri jika tersenyum tak akan meneruskannya dengan tertawa terbahak-bahak, melainkan hanya menampakkan giginya yang putih dan rapi.. Jarir bin Abdullah berkata Tidak ada sesuatu yang menghalang Rasulullah s.a.w dariku atau tatkala baginda melihatku semenjak aku memeluk Islam, kecuali pasti dengan tersenyum.” (Riwayat Tirmidzi).
Bahkan jika orang sekarang mempraktekkan senyum dalam rangka untuk menarik konsumen, maka Rasulullah mempraktekkan senyum untuk menarik hati mad’unya. Rasulullah diperintah untuk berlaku lemah lembut kepada pada muallaf yang benar-benar membutuhkannya. Sekali Ia bermuka masam atau bersikap kurang ramah, Allah langsung menegur, seperti yang terdapat dalam surat Abasa. Al Qur’an merekam bagaimana ketika Rasulullah tidak ramah kepada orang buta yang ingin masuk Islam sementara Beliau sendiri sedang melobby pembesar-pembesar Quraisy.
Itulah makanya senyum merupakan bagian dari strategi dakwah Rasulullah, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 159, sekiranya Beliau tidak ramah, mad’unya akan banyak yang lari dan menjauhkan diri“ Sekiranya kamu bersikap kasar dan berhati keras, tentu mereka akan menjauhkan diri dari kamu.” (with pras)

Tidak ada komentar: